IPOL.ID-Wisatawan Nimih, 63, yang merupakan warga RT 03 RW 05, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, meninggal dunia saat kejadian kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (15/9/2024).
Saat itu, warga lanjut usia (Lansia) Nimih bersama dua anak perempuannya, Yani, 46, dan Suryati, 36, bersama rombongan warga Kecamatan Cipayung bertolak ke Bogor untuk wisata religi ke Makam Kramat Empang.
Setelah berziarah itu, Nimih dan kedua anaknya beserta rombongan warga Kecamatan Cipayung yang menumpang tiga bus wisata mengunjungi kawasan wisata Puncak Mas, Bogor.
Ketika hendak pulang ke Jakarta Timur, bus dinaiki Nimih dan rombongan terjebak kemacetan sehingga kendaraan tidak dapat keluar dari area parkir Puncak Mas.
Nimih sempat keluar dari bus untuk sekedar melepas lelah dan buang air kecil. Namun sekitar pukul 19.00 WIB, tiba-tiba Nimih menghembuskan napas terakhir di kawasan kebun teh Puncak Mas.
Lebih jauh, menanggapi isu yang beredar luas, pihak keluarga Nimih, wisatawan yang meninggal saat kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor membantah kabar korban memiliki penyakit penyerta.
Kabar yang beredar bahwa Nimih memiliki penyakit penyerta asma dan darah tinggi hingga menjadi penyebab meninggalnya lansia itu pada Minggu (15/9/2024) malam.
Anak pertama Nimih, Yani mengungkapkan, semasa hidup Ibunda tercinta tidak memiliki sakit penyerta seperti asma, darah tinggi ataupun penyakit penyerta lain sebagaimana dikabarkan.
“Kalau mengenai kabar yang simpang siur saya klarifikasi itu enggak ada penyakit bawaan, enggak ada asma atau apa. Enggak ada pokoknya,” jelas Yani di kediaman di kawasan Bambu Apus, Selasa (17/9/2024).
Pihak keluarga juga memastikan saat bertolak dari Jakarta Timur untuk melakukan wisata religi ke Makam Kramat Empang Bogor dan berkunjung ke Gunung Mas, Nimih dalam keadaan sehat.
Bahkan pada Minggu pagi sebelum melakukan perjalanan, Nimih yang sehari-harinya suka membuat aneka gorengan dan kue tetap dapat memasak seperti biasa.
Menurut pihak keluarga, bila sebelum kejadian Nimih dalam keadaan sakit maka mereka tidak akan memperbolehkan almarhumah untuk melakukan perjalanan ke kawasan Puncak, Bogor.
“Kalau memang dari rumah (sedang) sakit saya enggak akan memperbolehkan Ibu saya jalan-jalan. Posisi dalam keadaan sehat, tapi namanya rezeki, maut itu kan enggak ada yang tahu,” ucap Yani.
Yani menuturkan, pihak keluarga tidak menyalahkan petugas atau kemacetan parah terjadi di kawasan Puncak, Bogor atas meninggalnya Ibunda.
Bagi pihak keluarga terpenting Ibunya sudah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus pada Senin (16/9/2024) sekitar pukul 10.00 WIB dan tidak ingin menyalahkan siapapun atas kejadian itu.
“Tapi kalau beritanya (yang menyebut Nimih memiliki asma) sudah viral mau dikata apa, sedangkan almarhumah sudah tenang di sana. Saya sudah bilang ini takdir, Ibu saya tidak punya riwayat sakit,” tukasnya. (Joesvicar Iqbal)