IPOL.ID – Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) tercatat sebagau institusi pendidikan inklusif yang terbuka bagi siapa saja. Perguruan tinggi ini menjadi ruang nyaman untuk belajar tanpa membedakan keagamaan.
Seperti yang dialami oleh Irma Amelia, jemaat Kristen yang memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Di UMJ dia menemukan pengalaman baru selama menempuh pendidikan di kampus Islam ini.
Irma Amelia juga tercatat menjadi salah satu dari 1.572 mahasiswa UMJ yang diwisuda di Auditorium KH. Ahmad Azhar Basyir, Gedung Cendekia, UMJ pada akhir pekan kemarin.
Sebagai mahasiswa Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIK UMJ). Irma yang bekerja di RS Mitra Keluarga Kemayoran memutuskan mendaftar kuliah di FIK UMJ, ketimbang di STIKes yang disediakan tempat kerjanya.
Memilih UMJ ini bukan tanpa pertimbangan, kata Irma, sebab UMJ selain tidak jauh dari tempatnya bekerja, saat ini UMJ juga tercatat sebagai PTMA yang terakreditasi Institusi Unggul bersama 12 PTMA lain di seluruh Indonesia.
Selain itu, alasan Irma lebih memilih UMJ karena ia bisa bertemu dengan teman-teman yang bekerja dari berbagai rumah sakit seperti RSCM, dari RS Koja, dan lainnya sehingga bisa memperluas jejaring dan saling berbagi pengalaman.
“Saya sangat tidak ragu masuk ke kampus Islam karena mulai dari kepala ruangan hingga manajer di RS itu lulusan dari UMJ. Mereka juga meyakinkan saya tidak ada diskriminasi di sana,” tutur Irma.
Selama masa studi di UMJ, Irma tidak merasakan adanya diskriminasi. Bahkan dari masa studinya di kampus Muhammadiyah tertua ini, Irma mendapat pengalaman berharga yaitu nilai-nilai toleransi.
Terkait dengan mata kuliah Al Islam-Kemuhammadiyahan (AIK), Irma diberi kelonggaran oleh pihak kampus dengan menyerahkan surat keterangan keaktifan di gereja tempatnya mengabdi yang kemudian dikonversikan menjadi nilai mata kuliah.
Irma bukan satu-satunya mahasiswa beragama Kristen di FIK UMJ, melainkan ada dua mahasiswa lainnya. Keduanya juga berasal dari RS. Mitra. Ia mengaku perbedaan itu menumbuhkan rasa kepedulian antar sesama manusia. (ahmad)