Melalui gelar wicara, Ario mendorong keterlibatan orangtua khususnya ayah dalam membentuk serta mendidik anak di rumah. “Jika anda termasuk ayah yang di kantor atau lingkungan sekitar tidak banyak bicara. Saya harapkan, demi masa depan anak, ubahlah kebiasaan ini. Jadi ayah yang aktif dan mengajak anak bicara sejak usia dini agar kosakata dan kemampuan berpikir kritisnya terbentuk,” ujarnya.
Terkait miskonsepsi literasi, Ario menjelaskan saat ini banyak orang tua supaya sang anak cepat matang. Masa mudanya untuk bermain dipangkas dan dibuang karena merasa bahwa bermain adalah ancaman bagi tumbuh kembang anak kecil. Padahal, ketika anak bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Ironisnya, cara belajar dengan bermain itu dihilangkan.
Saat ini, bahkan ketika PAUD, anak sudah dipaksa untuk bisa baca, tulis, dan hitung (calistung). Anak menjadi depresi. Mereka yang sewajarnya menerima dongeng dari orang tuanya malah harus menerima angka dan huruf. Bahwa pada usia dini anak sudah bisa calistung bukan menjadi pembenaran.