Dr. Ardhitya Eduard Yeremia Lalisang, lektor di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, yang juga peneliti di Asia Research Centre, banyak menulis mengenai politik dan kebijakan China. Ia mengamati pergeseran beasiswa yang diberikan oleh pemerintah China pada pelajar Indonesia.
“Sepuluh tahun terakhir trennya itu tidak hanya belajar bahasa mandarin, beasiswa yang disediakan tidak hanya untuk belajar bahasa mandarin tapi sudah meluas ke berbagai macam subject, ilmu alam, ilmu sosial hampir sangat bervariasi, ini sangat berbeda dengan tren awal ketika pasca reformasi, di mana anak muda Indonesia kebanyakan belajar bahasa mandarin,” jelasnya.
Yeremia Lalisang memandang pergeseran kebijakan dalam pemberian beasiswa ini wajar, sejalan dengan BRI China, untuk memperluas pengaruhnya demi kepentingan negara tersebut di masa mendatang.
“Pertama itu adalah hal yang normal karena kita melihat Jepang dari periode 1980-an sampai sekarang bahkan, fokus Jepang adalah human capital, dan Jepang sekarang sudah menuai hasilnya misal sekarang pemilihan rektor UI, dua atau tiga dari tujuh calon rektor adalah lulusan jepang, lalu lulusan jepang di birokrasi pemerintah Indonesia banyak yang sekarang di satu kementerian banyak yang dirjennya lulusan Jepang,” komentarnya.