“Beberapa arsip geologi memberikan kelebihan dan kelemahan dalam rekonstruksinya, sehingga dibutuhkan kerja sama antar ahli paleoklimat untuk menjawab permasalahan riset ini,” tutur Hendrizan.
Contohnya, sedimen laut memberikan rentang waktu yang panjang sampai jutaan tahun, tapi memberikan resolusi data dengan kualitas rendah, seperti centennial, millennial, atau orbital.
“Sedangkan koral sebagai contoh lainnya memberikan rentang waktu yang pendek hingga ribuan tahun, tetapi memberikan resolusi tinggi, sehingga diperoleh skala waktu bulanan, musiman, antar tahunan, ataupun dekadal. Untuk mendapatkan rekonstruksi paleoklimat yang komprehensif harus ada komplimen antar arsip geologi,” urai Hendrizan.
Adapun objek penelitian yang digunakan sebagai sampel untuk mendapatkan temperatur adalah foraminifera.
“Foraminifera adalah plankton yang hidup di lautan dan ia memiliki dinding cangkang kalsit. Ketika foraminifera hidup sebagai zooplankton, maka foraminifera tersebut menangkap sinyal-sinyal iklim dari suhu, salinitas, oksigen, pH, dan lain-lain,” sebut Hendrizan.
Pentingnya Sedimen Pasir di Lautan
Sinyal tersebut, sambungnya, akan tersimpan pada cangkang foraminifera dan ikut terbawa sampai foraminifera tersebut mati dan terkubur.