“Melalui peringatan itu, kami ingin menyampaikan kepada dunia tentang keberadaan kami sebagai korban dan keluarga korban Bom Bali, bahwa kami ada. Sebab semakin lama orang pasti akan semakin lupa. Kami berharap ini bisa menjadi pengingat agar tidak terjadi lagi tragedi seperti Bom Bali. Cukup kami yang jadi korban,” ujarnya.
Menurut Erniati, Bom Bali jelas sangat membekas bagi para korban dan keluarga korban. Korban dan keluarga korban tidak mungkin melupakan tragedi tersebut. Namun, sepanjang 22 tahun ini, korban dan keluarga korban selalu berusaha untuk tetap tegar dan menerima semua yang telah terjadi.
“Apa yang terjadi adalah bagian dari sejarah kami. Barangkali ini memang jalan hidup yang harus kami lewati. Dan sekarang tugas kami adalah bagaimana melakukan yang terbaik untuk masa depan,” ujar perempuan 53 tahun yang harus kehilangan suaminya, Gede Badrawan, dalam peristiwa Bom Bali I tersebut.
Seperti diketahui, dalam rangka peringatan 22 tahun Bom Bali, BNPT memaknai peringatan itu sebagai momentum penting untuk menunjukkan konsistensi dalam mendukung penyintas agar bangkit berdaya dan menjadi agen perdamaian.