Kesepakatan tersebut mengharuskan Hizbullah mundur sekitar 30 km dari garis perbatasan dengan Israel yakni sampai di seberang Sungai Litani. Militer Israel juga akan mundur dari Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.
Ironisnya gencatan senjata ini disahkan justru di tengah gencarnya serangan Israel ke Beirut pada Selasa malam. Bahkan Israel seolah memanfaatkan waktu jeda sampai pukul 04.00 dengan menggempur Beirut besar-besaran.
Anggota parlemen Lebanon Amin Sherri mengatakan, Israel ingin menghukum rakyat Lebanon, khususnya para pendukung kelompok Hizbullah, menjelang gencatan senjata. Serangan membabi-buta Israel dianggapnya sebagai balas dendam.
“Musuh Israel ingin membalas dendam kepada para pendukung perlawanan dan seluruh rakyat Lebanon,” kata Sherri, dikutip dari Al Jazeera.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lebanon sebelumnya mengumumkan, 5.000 tentara siap sedia ditempatkan di perbatasan sebagai bagian dari kesepakatan.
Sebuah komite beranggotakan lima negara yang dipimpin Amerika Serikat (AS) akan bertugas guna memastikan kedua pihak mematuhi poin kesepakatan gencatan senjata.