Hal itu juga yang pada akhirnya mendorong perusahaan melakukan transformasi pascapandemi COVID-19.
Pertama, pembentukan holding dan subholding, yang membuat kapasitas pembangkit PLN IP meningkat dua kali lipat, dari 10 GW menjadi 21 GW.
“Kedua, ditetapkannya visi Transformasi 2.0 PLN untuk menjadi Global Top 500 Company dan PLN IP sebagai subholding tentunya turut berkontribusi dalam pencapaian tersebut,” ujar Edwin.
Ketiga, adanya aspirasi roadmap untuk mencapai net zero emission (NZE) sesuai agenda NZE 2060 dan PLN IP berperan penting untuk menyukseskan agenda tersebut.
Keempat, perlunya ikut berperan dalam mendukung sustainable development goals (SDG’s).
Serta, kelima yaitu momentum untuk mempercepat pengembangan bisnis agar PLN IP memiliki keunggulan dalam pengembangan pembangkit hijau dan beyond kWh.
Edwin menambahkan dalam rangka menjalankan transformasi yang berkelanjutan dan mencapai visi perusahaan, PLN IP meluncurkan program unggulan untuk meningkatkan kinerja pembangkit melalui implementasi digital power plant atau Reliability and Efficiency Optimization Center (REOC).