Maka dari itu, menurut Didik, yang paling penting adalah pemerintah harus menyelesaikan dulu masalah-masalah tersebut sehingga dengan begitu sektor pertanian bisa menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Maka regenerasi petani bisa terjadi, dan bisa lebih maju ke depannya.
“Makanya program pemerintah ini sepertinya masih sekedar gimmick saja, mereka itu tidak kasih solusi terhadap masalah struktural petani yang selama ini ada. Kalau ini tidak dibenahi dasarnya dulu, nanti petani milenial pas masuk kaget, walaupun Ok dapat gaji (pendapatan) Rp10 juta, kayaknya gede. Tapi pas terjun dan menyelami masalah pertanian pasti kabur duluan,” katanya.
Sementara itu, Guru Besar fakultas pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) — yang saat ini disebut IPB University — Dwi Andreas Santosa mengungkapkan program serupa pernah dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta Medco. Namun, sayangnya program tersebut gagal karena tidak ada anak-anak muda kala itu yang mau menjadi petani.