IPOL.ID – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, menyambangi pos pengungsian di Desa Bantargadung, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Jumat (13/12/2024).
Kunjungan itu dilakukan untuk memantau kondisi para pengungsi serta memberikan dukungan langsung dalam proses pemulihan pasca-bencana.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala BNPB berdialog dengan para pengungsi untuk mendengarkan keluhan dan harapan mereka. Pemerintah berkomitmen untuk memastikan kebutuhan dasar para pengungsi dapat terpenuhi dan proses pemulihan berjalan dengan baik.
“Kami ingin mendengar langsung apa yang dibutuhkan para pengungsi, serta memastikan bahwa bantuan diberikan tepat sasaran,” ujar Suharyanto.
Selain berdialog, Kepala BNPB juga menyerahkan bantuan logistik kepada perwakilan pengungsi. Bantuan tersebut terdiri dari berbagai kebutuhan penting seperti makanan, pakaian, dan perlengkapan sanitasi yang diharapkan dapat meringankan beban pengungsi di pos pengungsian.
Penyerahan bantuan itu merupakan wujud nyata dari dukungan BNPB untuk mempercepat pemulihan dan membantu warga terdampak bencana.
Kepala BNPB juga menegaskan pentingnya kerja sama antara berbagai instansi dan masyarakat dalam menghadapi bencana.
“Bersama-sama kita akan melalui masa-masa sulit ini, dan BNPB akan terus hadir untuk membantu mempercepat pemulihan,” katanya.
Kunjungan itu menjadi bagian dari upaya BNPB untuk memastikan bahwa para pengungsi mendapatkan perhatian maksimal dan proses pemulihan pasca bencana berjalan dengan efektif.
Kepala BNPB juga memberikan pernyataan terkait situasi pengungsi yang ada. Menurutnya, jalur transportasi ke wilayah terdampak bencana sudah terhubung dengan lebih baik, meski masih ada tantangan di beberapa lokasi.
“Kami terus memonitor perkembangan pemulihan infrastruktur, dan akses menuju pos pengungsian semakin lancar,” tukasnya.
Kepala BNPB juga menyampaikan bahwa terdapat 129 Kepala Keluarga (KK) yang harus direlokasi sementara, karena rumah mereka hancur dan berada di lokasi rawan. Selain itu, sebanyak 2.500 jiwa terdampak bencana juga harus segera direlokasi untuk memastikan keselamatan mereka. Proses relokasi membutuhkan penataan lahan yang matang, baik dari lahan milik pemerintah maupun swasta.
“Kami sedang mengidentifikasi beberapa opsi lahan relokasi, baik yang berasal dari lahan milik pemerintah provinsi dan daerah, maupun lahan swasta yang akan dibeli pemerintah. Selain itu, kami juga akan membahas kemungkinan penggunaan lahan perhutani untuk relokasi warga terdampak bencana,” tukasnya.
Usai menyambangi pos pengungsian di Desa Bantargadung, Kepala BNPB Suharyanto melanjutkan kunjungan kerjanya dengan menggelar rapat bersama Forkompida dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi serta jajaran Pemerintah Daerah di Pendopo Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.
Bertujuan membahas berbagai langkah pemulihan pasca-bencana dan koordinasi antar instansi dalam memastikan distribusi bantuan dan pemulihan dapat berjalan dengan lancar. Kepala BNPB menekankan pentingnya kerja sama antara BNPB, pemerintah daerah, serta aparat terkait dalam menangani dampak bencana yang ada.
“Kami ingin memastikan setiap langkah yang diambil dapat mempercepat pemulihan dan membantu masyarakat terdampak. Kolaborasi antara berbagai pihak sangat penting dalam situasi seperti ini,” tutur Suharyanto.
Rapat juga membahas langkah-langkah lanjutan dalam pemetaan kebutuhan pengungsi dan distribusi bantuan, serta evaluasi terhadap penanganan darurat yang telah dilakukan. Kepala BNPB mengapresiasi upaya pemerintah daerah dalam menangani situasi darurat, serta berharap seluruh pihak dapat terus berkoordinasi untuk memberikan solusi terbaik bagi masyarakat terdampak.
Berdasarkan laporan diterima BNPB, sejumlah akses jalan di wilayah Sukabumi yang terdampak bencana mulai dapat dilalui kembali. Hal ini menunjukkan progres signifikan dalam upaya pemulihan infrastruktur pasca bencana merupakan bagian penting dalam mendukung pemulihan ekonomi dan sosial masyarakat terdampak.
Beberapa akses jalan sebelumnya terputus kini sudah dapat dilalui kendaraan, mempermudah mobilitas masyarakat. Akses menuju lokasi Nanggerang dan Cijulang kini sudah dapat dilalui kendaraan roda empat, jalan menuju Panumbangan masih terbatas hanya dapat dilalui kendaraan roda dua.
Selain itu, ruas jalan Jubleg-Cimerang juga telah dibuka kembali untuk kendaraan roda dua maupun roda empat, memudahkan distribusi barang dan meningkatkan mobilitas masyarakat terdampak.
Di Kecamatan Lengkong, dua titik longsor sebelumnya menghalangi jalur utama di Kampung Cibandung telah dibersihkan dan sekarang sudah bisa dilalui kendaraan. Begitu pula satu titik longsor di Kecamatan Jampang Tengah, juga telah dibersihkan dan dapat dilalui dengan aman.
Sementara, satu titik pergeseran tanah di Jalan Kabupaten, Kampung Pasirlaja, Desa Bojong Tipar, sempat menghambat perjalanan, kini juga sudah bisa dilewati kendaraan.
Tak hanya itu, jalan menghubungkan Palabuhan Ratu dan Cibareno sebelumnya terhalang juga telah dibuka, memungkinkan kendaraan roda dua dan roda empat melintas kembali. Proses pemulihan jalan-jalan ini merupakan bagian dari upaya lebih luas dalam mendukung pemulihan wilayah terdampak bencana, serta memastikan kelancaran distribusi bantuan dan mobilitas warga terdampak.
Selain perbaikan infrastruktur, kondisi terkini penanganan bencana juga menunjukkan kemajuan. Tim gabungan penanganan bencana Kabupaten Sukabumi masih terus melakukan pendataan dan assessment di berbagai lokasi.
Penanganan darurat telah selesai di sembilan kecamatan, yaitu Sukaraja, Nagrak, Cicurug, Sukalarang, Parungkuda, Cisaat, Cidahu, Cicantayan, dan Caringin. Untuk kecamatan-kecamatan ini, akses jalan, listrik, dan telepon sebagian besar sudah dapat dipulihkan. Penanganan masih terus berlangsung di 30 kecamatan dan 179 desa lainnya.
Dengan kondisi akses semakin membaik, diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat terdampak bencana untuk kembali melanjutkan aktivitas mereka. Proses ini menjadi langkah penting dalam memastikan pemulihan lebih baik dan mengurangi dampak dari bencana. (Joesvicar Iqbal)