Chusnunia menyebut, saat ini masih banyak perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga, baik karena menjadi kepala rumah tangga maupun penggerak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Ia meminta pemerintah, melalui kementerian terkait, untuk memperluas program bantuan dan pelatihan bagi perempuan pelaku UMKM.
“Perempuan penggerak UMKM adalah motor penggerak ekonomi lokal. Kita perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan akses terhadap pembiayaan, pelatihan keterampilan, dan teknologi agar bisa bersaing dan berkembang,” katanya.
Lebih lanjut, Chusnunia menyerukan agar kebijakan yang ramah perempuan terus diutamakan, terutama dalam konteks pemberdayaan ekonomi.
“Hari Ibu ini adalah momentum untuk merefleksikan pentingnya perempuan dalam pembangunan. Pemerintah harus mengambil langkah nyata agar perempuan Indonesia benar-benar menjadi individu yang berdaya dan mandiri,” ucap Chusnunia.
Sebagai langkah lanjutan, dirinya mengusulkan dialog lintas sektor antara pemerintah, dunia usaha, dan organisasi masyarakat guna menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan perempuan, khususnya mereka yang berada di garis depan dalam mendukung keluarga dan komunitasnya.