Hal tersebut dia sampaikan setelah melihat sejumlah sekolah yang jauh dari standar kelayakan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam kunjungan kerja resesnya. Salah satu sekolah itu adalah SMP Negeri 7 Kupang Tengah yang masih menempati bangunan darurat.
“Bayangkan, sekolah ini dibangun pada 2016 tetapi atapnya masih dari daun rotan, dindingnya dari pelepah, dan sebagian besar aktivitas belajar mengajar dilakukan di bangunan SD yang dipinjam. Ini menunjukkan ketidakadilan dalam pemerataan pendidikan,” ucap Esti.
Berangkat dari fakta ini, ia lalu mendesak pemerintah segera memperbaiki sistem alokasi anggaran pendidikan. Menurut dia, banyak sekolah di daerah terpencil, seperti NTT, seharusnya menjadi prioritas utama untuk perbaikan kuantitas dan kualitas pendidikan.
Esti berharap pemerintah segera mengeksekusi rencana-rencana perbaikan di dunia pendidikan. “Pendidikan harus menjadi prioritas nyata, bukan hanya janji politik. Generasi muda kita di NTT dan daerah tertinggal lainnya tidak boleh terus-menerus menjadi korban ketidakadilan,” kata dia.