IPOL.ID – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah memberikan begitu banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia. Seiring pelaksanaan Program JKN yang telah berjalan selama satu dekade, BPJS Kesehatan selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
Melalui akses layanan kesehatan yang lebih mudah, cepat dan setara program ini membantu masyarakat dari berbagai kalangan untuk mendapatkan layanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Program JKN tidak hanya memberikan keringanan beban biaya kesehatan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia sebagai peserta JKN dengan terjaminnya ketersediaan layanan kesehatan secara merata di seluruh Indonesia.
Sebagai peserta JKN, Meri Febriani (31) merasakan langsung manfaat dari program yang yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Wanita yang akrab disapa Meri ini berkisah tentang pengalamannya dan keluarga yang telah mendapatkan manfaat sebagai peserta JKN, mulai dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga beberapa kali dirujuk dan dirawat inap di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Meri yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di RSUD Cilincing Jakarta Utara membagikan kisah putrinya yang baru saja melakukan pengobatan di salah satu rumah sakit milik pemerintah di Jakarta.
Putri keduanya diketahui mengidap penyakit Hyper Adenoid yakni peradangan dan pembengkakan pada kelenjar di bagian belakang hidung serta amandel. Menurut Meri, selama ini memang dirasakan ada yang ganjal dengan cara putrinya bernafas. Apalagi saat Meri berusaha menyikat gigi putrinya, dia pasti memberontak serta menolak untuk disentuh bagian mulutnya.
“Awalnya itu karena anak saya sakit gigi, memang sejak bayi agak susah untuk diajak menggosok gigi karena pasti bakalan rewel, bahkan sampai ngamuk padahal tidak dilakukan tindakan apapun atau memaksa untuk membuka mulut. Nah, waktu pemeriksaan ke dokter gigi karena anak saya mengeluh giginya sakit, kemudian dokter gigi menemukan ada cekungan dilangit-langit mulutnya. Dokter juga mengatakan kalau anak saya selama ini berarti sering bernafas lewat mulut dan disarankan untuk segera dirujuk ke dokter spesialis THT,” terang Meri.
Setelah mengetahui hal tesebut, Meri tidak menyangka penyakit ini diderita oleh anaknya, karena dia berpikir selama 3 tahun ini putrinya baik-baik saja. Dia tidak mengetahui kalau putrinya mengalami kesulitan saat bernafas.
Meri pun bergegas menyusun rencana untuk mengobati dan berusaha agar putrinya bisa nernafas dengan normal. Menjadi petugas pelayanan publik yang bekerja di Fasilitas Kesehatan, tentunya Meri sudah paham bagaimana alur untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Namun, meski dia adalah petugas pelayanan publik tidak ada perlakuan istimewa yang didapatkan dan membuatnya berbeda dari peserta JKN lainnya.
“Sebagai peserta JKN yang aktif, saya pasti berupaya memanfaatkan layanan kesehatan yang bisa saya akses untuk pemgobatan putri saya. Tentunya biaya yang akan saya keluarkan tidak murah. Meskipun saya PNS, tentu perawatan ini akan menelan biaya yang cukup mahal apabila saya tidak memiliki jaminan kesehatan. Saya merasa bersyukur bertugas di FKRTL, jadi saya sangat paham alur pengobatan menggunakan JKN untuk putri saya harus dimulai dari mana. Saya sama sekali tidak diistimewakan, saya mendapatkan pelayanan yang sama dengan peserta lainnya,” cerita Meri.
Meri menceritakan juga sebelum memutuskan menggunakan dan memanfaatkan layanan kesehatan melalui Program JKN, dia sudah melakukan survei apabila menggunakan umum atau biaya pribadi. Tetapi, karena manfaat dan fasilitas yang akan didapatkan sama seperti menggunakan layanan JKN, Meri memantapkan hati menggunakan Program JKN sebagai jaminan kesehatan untuk kesembuhan putrinya.
“Saya sudah cek ke beberapa rumah sakit swasta yang katanya memiliki dokter THT terbaik di Indonesia, tetapi setelah saya cek lagi ternyata dokter tersebut juga bekerja di rumah sakit pemerintah dan menerima pasien dengan penjaminan JKN. Alhamdulillah, sekarang anak saya sedang ditangani dengan baik dan dijamin oleh JKN. Saya tidak pernah dipungut biaya serupiahpun selama proses pengobatan,” kenang Meri.
Meri mengucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan yang sudah mengelola Program JKN dengan sangat baik. Ia berharap program ini terus ada untuk membantu masyarakat. Ia juga merasa BPJS Kesehatan sudah melakukan evaluasi dan perbaikan hingga dapat menjadi seperti saat ini layanannya.
“Rasanya senang dan bangga kepada pemerintah yang terus melakukan evaluasi serta perbaikan Program JKN sampai sudah sebagus ini. Kalau tidak ada masyarakat akan merasa susah atau takut untuk berobat disebabkan biaya berobat yang mahal. Pelayanannya baik sekali. Tidak ada perbedaan dengan pasien umum, langsung ditangani. Semoga BPJS Kesehatan terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan dan aksesibilitas bagi seluruh Masyarakat Indonesia” tutur Meri. (Irma)