“Ingat ya. Jawa Tengah sudah ada lima terkena bencana hidrometeorologi,” ungkap Suharyanto.
“Penanganan bencana ini harus terpadu antara pemerintah, baik pusat, daerah, pemerintah provinsi, juga dunia usaha, komunitas, media massa dan masyarakat itu sendiri,” tambahnya.
Menurut hasil kaji cepat per Rabu (22/1), jumlah korban meninggal akibat tanah longsor di Kabupaten Pekalongan menjadi 21 orang. Di samping itu, masih ada 5 orang dalam pencarian, 13 orang luka dan mendapat rujukan, 2 luka ringan serta kurang lebih 159 orang mengungsi.
Selain penemuan korban jiwa dalam kondisi meninggal, pengurangan jumlah korban hilang juga karena nama tersebut telah ditemukan dalam kondisi hidup dan bukan menjadi bagian dari korban terdampak runtuhan material. Sebagaimana telah dikonfirmasi petugas Posko Ante Mortem melalui kepala desa.
Banjir dan tanah longsor juga menyebabkan 27 rumah rusak berat, 5 jembatan rusak, 3 akses jalan tergenang, tanggul jebol dan 3 kendaraan rusak berat.
Sebagai upaya penanganan darurat bencana, Pemerintah Kabupaten Pekalongan telah menetapkan status tanggap darurat selama dua pekan. Melalui penetapan status ini, beberapa unsur dari pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kabupaten dan lainnya memberikan dukungan sumber daya dan hal lain dibutuhkan.