“Jadi harus ada sosialisasi, harus ada regulasinya. Karena ketika di jalanan, penggunaan kendaraan otonom akan dihadapkan pada berbagai situasi kompleks,” tegas Roni.
Kendaraan otonom menggunakan berbagai sensor, sistem navigasi, dan kecerdasan buatan (AI) untuk mengemudi sendiri tanpa intervensi manusia.
“Kendaraan otonom merupakan kendaraan yang dapat beroperasi tanpa adanya intervensi dari pengguna, tanpa harus disetir atau secara umum kendaraan dapat mengemudi sendiri atau autonomous vehicles, dengan ciri yaitu dapat mengenali lingkungannya sendiri dan dapat melakukan pengambilan keputusan sendiri tanpa secara eksplisit disuruh atau diprogram oleh manusia,” jelasnya.
Lebih lanjut, Roni menekankan penguatan teknologi menjadi kunci dalam sistem otonom kendaraan listrik.
Teknologi hadir untuk manusia pada kendaraan, karena salah satu fakta yang terjadi pada kecelakaan, penyebabnya adalah kelalaian manusia, baik faktor kelelahan ataupun lainnya.
“Kendaraan otonom hadir salah satunya untuk meminimalisasi adanya kecelakaan karena faktor manusia tersebut dengan dibantu adanya teknologi otonom pada kendaraan, juga menambah kenyamanan dan efektivitas dalam berkendara,” tutur Roni.