Hingga saat ini, di Bengkulu khususnya dan Sumatera secara umum, masih cukup banyak ditemukan bunga bangkai mekar di habitat aslinya, di hutan-hutan. Bunga yang sering dianggap memiliki bau seperti aroma kaos kaki ini telah ditetapkan secara nasional melalui sebuah keputusan menteri pada 1989, sebagai flora identitas Bengkulu.
“Ini termasuk tanaman liar, khususnya di hutan hujan tropis. Dia tumbuh baik di lingkungan yang lembab, tidak terkena sinar matahari langsung,” ujar Sofian.
Seperti yang disampaikan Holidin, bunga bangkai bisa dibudidayakan melalui umbinya. Karena itulah, di alam liar umbi menjadi faktor penting untuk dilestarikan. Sofian menegaskan, selama umbinya terawat dengan baik, tumbuhan ini akan terus berbunga di tempat itu lagi.
“Asal tidak diganggu, tidak dipecah-pecah. Dia akan menjalani fase vegetatif lagi atau fase berdaun setelah mekar,” kata Sofian.
Sofian memaparkan, dari bentuk umbi kecil hingga muncul bunga, tumbuhan ini memerlukan waktu 4-5 tahun hingga mengeluarkan bunga untuk pertama kalinya. Bunga ini akan mekar sempurna selama 1 hari, kemudian perlahan layu dalam rentang waktu satu pekan. Setelah itu akan membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk bisa berbunga kembali. Karena jarak waktu yang cukup lama itulah, bunga bangkai menjadi sangat berharga dan layak untuk ditunggu.