IPOL.ID – Seiring dengan perkembangan pesat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), penting untuk memastikan penggunaannya tetap menjunjung tinggi etika, bertanggung jawab, dan tidak merugikan manusia maupun lingkungan.
AI harus dapat dijelaskan dan tidak menjadi “kotak hitam” yang sulit dipahami. Pengembang AI harus bertanggung jawab atas dampak sistem yang mereka ciptakan. AI juga harus ada mekanisme audit dan evaluasi terhadap keputusannya.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria menegaskan mengenai tantangan apa yang perlu diantisipasi, khususnya soal-soal etika dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).
Setidaknya, ia menjelaskan, ada sebanyak tujuh tantangan etika dalam teknologi AI yang perlu diantisipasi. Salah satunya adalah bias dan diskriminasi.
“Karena AI menggunakan data, dan pengolahan data ini dilakukan atau disiapkan oleh sebuah foundation model, yang berisi algoritma tertentu dan penyusunan algoritma ini terkadang juga tidak luput dari bias para developernya,” ujar Nezar dalam sambutannya di acara Tech & Telco Summit 2025 di Jakarta, Jumat (21/2/25).