Runtuhnya Uni Soviet
Mikhail Gorbachev yang saat itu menjabat Presiden Uni Soviet, bermaksud memperbaiki krisis yang terjadi dengan menerapkan Perestroika atau restrukturisasi politik dan ekonomi pada 1985.
Kebijakan Perestroika berusaha mengubah sistem komunisme menjadi lebih demokratis dengan tiga prinsip utama, yaitu Glasnost (keterbukaan politik), demokratisasi dan Rule of Law. Namun, Perestroika justru menyebabkan kekacauan dan mempercepat runtuhnya Uni Soviet. Kejayaan Uni Soviet tidak mampu bertahan lama.
Menurut sejarawan Pyzhihov, ide pembentukan masyarakat yang adil dan tanpa kemiskinan atau penindasan diabaikan oleh pemerintah setelah beberapa dekade.
Nomenklatur partai penguasa semakin jauh dari rakyat dan hanya digunakan untuk kekuasaan tanpa masa depan yang jelas menjadi pemicu, sehingga negara-negara mulai melepaskan diri. 25 Desember 1991 Uni Soviet resmi bubar, dan melahirkan 15 negara baru termasuk negara federasi Rusia yang ibu kotanya Moskow.
Saint Petersburg
Perubahan politik dan revolusi membuat kota Saint Petersburg berganti nama beberapa kali. Tahun 1914-1924 kota ini dinamai Petrograd, kemudian tahun 1924-1991, kota ini bernama Leningrad sebagai penghormatan atas pemimpin besar Lenin. Revolusi bisa terjadi, tetapi tidak menghancurkan segalanya. Bangsa Rusia tidak melupakan sejarah bangsanya.