IPOL.ID – Dalam perkara melibatkan terdakwa Ted Sioeng, nota pembelaan (Pleidoi) diajukan oleh kuasa hukum terdakwa bergulir pada sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada Senin (17/2/2025) siang.
Pleidoi tersebut menyuguhkan berbagai argumen kuat hingga pembuktian jika perkara dituduhkan terhadap Ted Siong terkait dengan tindak pidana penipuan lebih mengarah ke sengketa keperdataan, bukan pidana.
Tim kuasa hukum Ted Sioeng mengungkapkan ketidakberadaan bukti yang mendukung tuduhan terkait pengajuan permohonan kredit yang seharusnya menjadi dasar dakwaan penipuan.
“Terdakwa diketahui telah beritikad baik melunasi bunga pinjaman hingga Desember 2022, meski terjadi masalah dalam pelaksanaan kewajibannya,” ungkap Kuasa hukum Ted Sioeng, Julianto Azis saat membacakan pledoi Ted di PN Jakarta Selatan, Senin (17/2).
Julianto menegaskan, hubungan hukum antara Ted Siong dan Bank Mayapada adalah hubungan keperdataan, yang telah diselesaikan melalui jalur perdata dengan putusan mengenai permohonan PKPU dan Kepailitan pada tahun 2023.
Dalam nota pembelaan, Julianto juga mengungkapkan adanya dugaan rekayasa dilakukan Bank Mayapada. Salah satunya, Bank Mayapada sengaja memanfaatkan posisi terdakwa yang sedang berada di luar negeri untuk menggugat PKPU dan kepailitan, setelah paspor terdakwa dicabut dan dikenakan red notice.
“Tak ada saksi yang menyatakan bahwa terdakwa menandatangani Formulir Permohonan Kredit pada 5 Agustus 2014, dan sejumlah kolom pada formulir itu pun tidak terisi dengan lengkap dan sah,” imbuh Julianto.
Dalam hal ini, kuasa hukum mengklaim bahwa laporan diajukan oleh Tony Aries, yang memicu kasus ini, diduga berisi kebohongan yang disusun secara sistematis dengan tujuan menghancurkan kredibilitas dan posisi hukum terdakwa.
Bahkan, pihak Ted Sieong berpendapat bahwa terdapat kampanye terstruktur dari Bank Mayapada untuk menggugat dan mengambil alih seluruh aset terdakwa melalui jalur hukum pidana, yang seharusnya diselesaikan di ranah perdata.
Masih dalam pleidoi tersebut, kuasa hukum juga menegaskan bahwa unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP tentang penipuan tidak dapat dibuktikan dalam persidangan. Mereka menyebutkan bahwa dokumen penting seperti Nota Rekomendasi (NKR), Memorandum Analisa Kredit (MAK), serta Laporan Tim Appraisal yang seharusnya ada sebagai bukti permohonan kredit, sama sekali tidak diajukan oleh Penuntut Umum.
“Semua unsur dalam dakwaan penipuan tidak terbukti,” tukas kuasa hukum.
Di akhir pleidoi, kuasa hukum menegaskan bahwa dakwaan yang dikenakan kepada Ted Siong adalah tidak berdasar dan tak sesuai fakta yang ada.
Berdasarkan bukti yang dihadirkan di pengadilan, pihak Ted Sioeng yakin bahwa hakim bakal mempertimbangkan dengan bijaksana bahwa ini adalah sengketa perdata, bukan perkara pidana.
Dengan mengacu pada berbagai yurisprudensi yang menyebutkan bahwa permasalahan yang terkait dengan ketidakmampuan membayar utang seharusnya diselesaikan melalui jalur perdata, kuasa hukum meminta agar terdakwa dibebaskan dari segala tuntutan hukum pidana dikenakan kepadanya.
Bahkan rampung sidang, Julianto memberikan tanggapan tegas atas tuduhan yang diarahkan kepada kliennya. Dia menilai proses hukum sedang berlangsung penuh ketidakjelasan dan kelemahan bukti.
“Tuduhan yang dilontarkan mengenai formulir yang tak sesuai isinya tidak bisa begitu saja diterima bahkan tidak ada tanda tangan dari kliennya Ted,” katanya.
Dia juga mempertanyakan mekanisme internal Bank Mayapada yang disebut-sebut terlibat dalam kasus ini. “Proses permohonan kredit itu jelas tidak hanya melibatkan formulir semata. Harus ada dokumen pemeriksaan lain yang harus dipenuhi. Namun, bukti-bukti tersebut tidak pernah dibacakan dalam persidangan,” tambahnya.
Julianto menegaskan, seharusnya Bank Mayapada melakukan pengecekan menyeluruh terhadap formulir dan dokumen lainnya.
Dalam sidang yang berlangsung, terdakwa Ted Sioeng sudah menyampaikan beberapa nama yang menurutnya perlu diperiksa, termasuk soal identitas yang diduga tidak sesuai. Namun, pihak yang disebutkan tersebut tidak dipanggil untuk memberikan keterangan. Bahwa hal ini menunjukkan ketidakberesan dalam proses hukum yang tengah berlangsung.
Dia juga menyoroti hubungan baik yang telah terjalin antara Ted Sioeng dan Bank Mayapada selama ini. “Terdakwa bahkan telah menyumbang dan menjalin kerja sama dengan bank, serta telah membayar bunga yang sangat besar, mencapai hingga satu triliun. Kenapa orang yang telah berbuat baik dengan bank justru diperlakukan seperti ini?” tutupnya.
Sebelumnya, saksi ahli perdata/perbankan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nindyo Pramono menegaskan terdakwa kasus dugaan penipuan dan penggelapan dana Bank Mayapada, Ted Sioeng tak bisa dipidana lantaran dipailitkan.
“Merujuk Pasal 29 dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), tegas dinyatakan kalau sudah perkara kepailitan dan debitur dijatuhkan dalam keadaan pailit, maka perkara di luar kepailitan menjadi gugur,” ungkap Nindyo dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis.
Termasuk, perkara yang berkaitan dengan peradilan yang sedang berlangsung itu juga menjadi gugur. (Joesvicar Iqbal)
Unsur Penipuan Dinilai Tak Terbukti, Ted Sioeng Minta Hakim Vonis Bebas
