Banyak warga Jakarta yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk membeli tempat tinggal sendiri, ataupun rumah susun sederhana milik (Rusunami) disediakan pemerintah.
“Kami ini orang susah Pak, terus terang. Rumah sudah enggak ada, setelah penggusuran saya tambah sengsara, kita dagang bayar sewa tapi enggak ramai. Jadi saya mohon, lihatlah kami,” tuturnya.
Kesedihannya bukan tanpa sebab, sebelum menjadi penghuni Rusunawa Jatinegara Barat dia mengaku banyak mengalami kerugian materil karena rumahnya digusur tanpa ganti rugi.
Pada tahun 2014 atau satu tahun sebelum proyek normalisasi Sungai Ciliwung berjalan, dia baru saja berutang dalam jumlah cukup besar untuk merenovasi rumahnya yang terbakar habis.
Ketika itu, Lita mengaku sempat ragu merenovasi rumahnya karena sudah mendengar kabar bahwa Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat akan menggusur rumah warga Kampung Pulo.
“Waktu itu saya tanya ke Pak Lurah (Kampung Melayu) apa benar akan digusur tanpa ada ganti rugi. Kalau enggak diganti, saya enggak mau bangun ulang (rumah yang terbakar),” tukasnya sedih.