Sementara, pedagang takjil Pasar Rawamangun yakni Medi, 69, mengatakan, dia bersama isterinya Erna Simbolon, 64, sudah berdagang di pasar ini sejak tahun 1968. Bahkan sempat merasakan krisis moneter (Krismon) sehingga dia yang ketika itu pekerja swasta berhenti bekerja lalu fokus berjualan.
“Kalau dagang makanan kan tidak bisa lama disimpan ya. Tapi optimis saya fokus berjualan di pasar, karena sempat terdampak krismon saat itu,” ujar Medi.
Dia pun berharap, menginginkan dagangannya terus maju dan ramai pembeli. Meski prospek saat ini belum terlihat cerah. Karena menurutnya, kebijakan pemerintah untuk negara saat ini masih dirasakan kurang, sehingga dia masih diliputi rasa kekhawatiran dan kesuraman.
“Optimis pasti, tapi Pasar Rawamangun ini diharapkan dapat terus ramai, satu sisi kalau negara tidak makmur bagaimana pasar mau ramai, PHK dimana-mana, gaji dan Tunjangan Hari Raya (THR) karyawan kalau belum dibayarkan bagaimana pasar mau ramai,” tutup Medi. (Joesvicar Iqbal)