Selain itu, BRIN juga merencanakan pembangunan fasilitas pemanfaatan radiasi yang lebih modern guna mendukung kebutuhan produksi radioisotop dan radiofarmaka dan teknologi terbaru. Dalam hal fabrikasi bahan bakar, pihaknya ingin memahami dampak peningkatan reaktor riset terhadap kebutuhan bahan bakar dan cara optimalisasi produksi agar lebih efisien.
Sementara itu, dalam pengelolaan limbah, meskipun fasilitas yang ada telah memadai, BRIN berharap dapat meningkatkan efektivitas sistem manajemen limbah agar lebih sesuai dengan volume yang dihasilkan.
Syaiful juga menegaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk belajar dari pengalaman CNNC yang telah membangun lebih dari 50 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan sedang menuju angka 100.
“Dengan teknologi yang telah mereka kuasai, kita tidak perlu memulai dari nol, melainkan dapat memanfaatkan pencapaian mereka untuk mempercepat pengembangan dan revitalisasi fasilitas yang kita miliki,” katanya.
Selain aspek teknis, kerja sama ini juga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. “CNNC telah menjadi pemimpin dalam teknologi ini. Melalui kerja sama ini, kita ingin menyerap sebanyak mungkin pengetahuan dan pengalaman mereka, terutama dalam revitalisasi dan pengembangan riset ketenaganukliran di Indonesia,” tambah Syaiful.