“Peringatan Hari Perempuan Internasional ini menjadi momentum untuk menggaungkan pesan-pesan tentang penghapusan kekerasan berbasis gender dan praktik-praktik berbahaya seperti perkawinan anak dan sunat perempuan,” kata Sunarto.
Dia mengatakan perempuan memainkan peran penting dalam sistem kesehatan global, baik sebagai tenaga kesehatan, pengasuh, maupun agen perubahan di masyarakat. Namun, mereka sering menghadapi tantangan, seperti akses terbatas terhadap layanan kesehatan, ketidaksetaraan gender, dan kekerasan berbasis gender yang berdampak pada kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2020 mencatat Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup, sebagian besar akibat komplikasi persalinan dan ketidaksetaraan gender.
Selain itu, prevalensi depresi pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki, sebesar 8,5 persen berbanding 6,1 persen, yang dipengaruhi oleh beban ganda, kekerasan, dan stigma kesehatan mental.