Sepanjang 1980-an dan 1990-an, Sritex berkembang menjadi produsen tekstil terintegrasi, menangani seluruh proses dari pemintalan, penenunan, penyempurnaan, hingga produksi busana. Nama Sritex melambung pada 1990 ketika menjadi pemasok resmi seragam militer TNI. Kontrak dengan militer Jerman dan NATO pun menyusul.
Tak hanya seragam militer, Sritex juga dipercaya memproduksi pakaian untuk merek global seperti H&M, Uniqlo, dan Zara.
Pada 2019, penjualan Sritex mencapai USD1,3 miliar, mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan besar di sektor manufaktur Indonesia.
Apa penyebab kejatuhan Sritex?
Masalah Sritex bermula pada 2020 ketika pandemi COVID-19 mengacaukan rantai pasok global dan melemahkan permintaan konsumen. Penjualan anjlok ke USD 847 juta, membuat perusahaan ini untuk pertama kalinya mencatatkan kerugian sejak melantai di bursa.
Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam, pada Juni tahun lalu mengatakan bahwa penurunan pendapatan disebabkan oleh persaingan ketat industri tekstil global dan ekses COVID-19.