Hadi yang juga pemerhati isu kesehatan masyarakat ini menekankan perlunya reformasi mendasar dalam sistem pendidikan dan pengawasan etika profesi kedokteran.
Ia menyoroti pentingnya penguatan kurikulum etika medis sejak bangku kuliah serta peran aktif organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam pembinaan etik tenaga medis.
“Pelanggaran semacam ini bukan hanya berdampak pada korban langsung, tapi juga merusak kepercayaan publik terhadap sistem layanan kesehatan secara keseluruhan,” katanya.
Ia juga mendorong manajemen rumah sakit agar lebih ketat dalam menerapkan SOP, termasuk memastikan kehadiran tenaga pendamping saat tindakan medis sensitif dilakukan dan dokumentasi lengkap dalam rekam medis, terutama untuk penggunaan anestesi.
Menurut Hadi, menjaga etika dan integritas profesi kedokteran bukan hanya tanggung jawab individu, tapi bagian dari misi kolektif membangun sistem kesehatan yang manusiawi dan terpercaya. “Tanpa reformasi etika dan pengawasan yang ketat, sistem layanan kesehatan kita akan kehilangan legitimasi,” pungkasnya. (ahmad)