Salah satu poin menarik dari drawing tahun ini adalah sistem penyebaran tim berdasarkan wilayah, provinsi, dan kota asal yang dirancang agar satu grup tidak diisi oleh tim dari wilayah yang sama.
“Contohnya, dalam satu grup bisa terdiri dari tim asal Bali, Bengkulu, Jambi, dan Lampung. Skema ini berlaku di semua kelompok umur. Hal ini menjamin keadilan kompetisi sekaligus mempertemukan tim dari berbagai latar belakang daerah,” jelas Taufik.
Ia menegaskan bahwa seluruh proses dilakukan secara terbuka dan transparan, tanpa adanya pengaturan hasil yang merugikan peserta.
Piala KONI ke-6 juga menjadi panggung adu gengsi antara tim-tim unggulan dengan pendatang baru dari berbagai daerah, termasuk wilayah terpencil yang akan berhadapan langsung dengan tim kuat dari kota-kota besar seperti Jakarta.
Sejumlah tim favorit seperti juara bertahan Persit Cimahi, Jateng Kopassus, Remsi Kota Tangerang, dan Ches Privat diprediksi bakal memberikan persaingan ketat sepanjang turnamen.
“Tahun ini ada peningkatan signifikan dari jumlah peserta. Dari 80 tim tahun lalu, kini menjadi 112. Bahkan banyak tim dari luar daerah yang belum bisa ikut karena kuota yang terbatas. Beberapa dari mereka telah melewati seleksi regional terlebih dahulu sebelum lolos ke seri nasional,” tambah Taufik.