Menurutnya, momen ini menjadi salah satu bentuk nyata dari _soft diplomacy_ yang berbasis pada warisan kekayaan nilai, budaya, manuskrip, dan seni arsitektur, serta menjadi model kebudayaan masa depan yang inklusif dan transformatif.
“Kami menunjukkan kepada dunia bahwa agama dan budaya bukan hanya warisan masa lalu, melainkan fondasi strategis untuk membangun peradaban masa depan,” ujar Zayadi.
Ia menilai, di tengah arus globalisasi yang cenderung mengikis identitas, pendekatan budaya menjadi instrumen efektif untuk menjaga keharmonisan sosial dan memperkuat kohesi global dengan cara yang damai dan bermartabat.
“Kerajaan Arab Saudi dikenal luas sebagai penjaga dua kota suci dan pewaris tradisi Islam yang mendalam. Posisinya dalam dunia Islam menjadikannya pusat peradaban yang tak terpisahkan dari sejarah dan perkembangan budaya umat,” paparnya.
Kepala Subdirektorat Kemitraan Umat Islam Ali Sibromalisi menambahkan, bahwa kerja sama ini merupakan bentuk konkret dari diplomasi budaya yang menekankan pentingnya dialog, keterbukaan, dan penguatan peran keagamaan dalam membangun masyarakat global yang saling menghargai.