Niat untuk menunaikan ibadah haji telah tertanam kuat di hati mereka sejak lama. Namun, keterbatasan ekonomi membuat mereka harus bersabar lebih lama untuk bisa mendaftar.
Setelah beberapa tahun menabung, barulah mereka bisa resmi mendaftar. Setelah itu, penantian panjang selama belasan tahun dalam daftar tunggu haji harus mereka jalani dengan tabah.
“Waktu daftar, saya masih kuat angkat karung beras sendiri. Sekarang sudah harus pakai tongkat bahkan dipapah oleh istri saya. Penyakit sudah banyak di umur tua ini,” ujar Askar seraya tersenyum.
Cobaan tak berhenti di situ. Pandemi Covid-19 yang melanda pada 2020 memberikan pukulan telak bagi usaha kecil mereka.
Penjualan merosot tajam, dan mereka hanya bisa bertahan dengan memberikan barang kebutuhan pokok secara utang kepada tetangga yang juga mengalami kesulitan.
Di tengah itu semua, mereka kehilangan salah satu anaknya yang menjadi tulang punggung keluarga. Kesedihan itu membuat mereka sempat enggan melanjutkan niat berhaji.
Namun dukungan keluarga dan jiran tetangga membuat semangat mereka berdua bangkit kembali.