Pendidikan Indonesia memang tidak sepenuhnya gagal, sebagian anak bangsa memang berhasil dicetak menjadi anak-anak cerdas secara akademik, unggul di bidang sains dan teknologi. Namun ironisnya, tidak sedikit dari mereka yang kemudian menjadi pribadi-pribadi yang korup, predator seksual, dan pemuja nafsu duniawi. Kita harus berbesar hati menerima kenyataan ini sambil lalu berani mengajukan pertanyaan kritis, mengapa tujuan pendidikan nasional Indonesia terkesan tidak mampu menghasilkan manusia-manusia terdidik yang jujur, berakhlak mulia sebagaimana yang menjadi cita-cita dan amanat undang-undang sistem pendidikan nasional? Jawabannya karena semenjak dini, para peserta didik minim keteladanan dari para pendidiknya.
Kita mulai dari yang sederhana, bagaimana bisa, anak diminta untuk berperilaku jujur jika guru, kepala sekolah, tidak jujur denggan angggaran sekolah, tidak mau membuka berapa angggaran di tahun ajaran berjalan. Dan jika ditanya berapa anggaran sekolah justru terlihat mengelak dan enggan menjawab dengan lugas. Bagaimana mungkin, mahasiswa akan bersikap jujur dan terbuka, jika rektor, dekan, kepala prodi/jurusan tidak terbuka dengan angggaran di kampus atau satuan pendidikan yang mereka pimpin? Karena itu, saya tidak terlalu terkejut menyaksikan fenomena banyaknya penyimpangan di dunia pendidikan Indonesia belakangan ini.