Bahwa selagi manusia tidak benar-benar mengenal Tuhannya, tidak mengetahui apa yang dibenci Tuhan, tidak takut dengan apa ancaman Tuhan terhadap hamba yang membangkang, sejauh itu pula kejahatan masih akan terjadi. Kita tentu tidak ingin sila Ketuhanan Yang Maha Esa hanya menjadi pepesan kosong tanpa aksi nyata dan tindak lanjut konkret. Karena itulah, saya meyakini jika pemangku kepentingan pendidikan nasional Indonesia serius ingin menyaksikan lahirnya lulusan-lulusan masa depan hasil pendidikan Indonesia yang seimbang antara otak dan akhlak, maka penggemblengan agama, mental, dan karakter harus lebih dikedepankan sebelum penggemblengan akademik sehingga nantinya kita tidak akan lagi menjumpai koruptor, predator seksual, preman, teroris, dan narapidana dari kalangan intelek yang terdidik. (tim)