“Untuk urusan lahar tak ada yang hebat, tak ada yang kebal. Mohon ketika level 3 sudah jangan mendaki dan harus dipatuhi,” sambungnya.
Beberapa bulan setelah erupsi ternyata bencana susulan pun terjadi. Pascahujan lebat di puncak Gunung Marapi, terjadilah banjir lahar dingin atau biasa disebut Galodo oleh masyarakat Sumatera Barat.
“Setelah selesai erupsi, lahar tidak turun ke bawah tapi mengumpul di bibir kawah, tiba turun hujan dan timbullah banjir lahar dingin di Mei 2024. 62 orang meninggal,” katanya.
Sampai saat ini proses penanganannya masih terus dilakukan.
“Masyarakat tinggal di bawah radius 5 km dari gunung sudah tak ada. Sungai-sungai di Marapi juga banyak, warga di bantaran sungai sudah direlokasi sudah dipindahkan,” jelasnya.
Selain merelokasi warga, BNPB pun telah memasang Early Warning System di sejumlah titik sungai mengarah ke pemukiman warga.
“Supaya mencegah tahun-tahun berikutnya tak terjadi lagi, kami pasang alat peringatan dini. Jadi saat hujan deras, permukaan air sungai naik, sirine ini bunyi agar masyarakat menjauhi wilayah sungai,” tegas Suharyanto.