Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda HE Mayerfas yang hadir secara daring menegaskan pentingnya peran Belanda sebagai mitra dagang strategis Indonesia. Ia menyebutkan ekspor Indonesia ke Belanda mengalami peningkatan hingga double digit pada tahun 2024. Secara konektivitas, HE Mayerfas menyebut sekitar 80 persen ekspor Indonesia ke Eropa masuk melalui Pelabuhan Rotterdam, pelabuhan terbesar di Eropa dan salah satu yang tersibuk di dunia.
“Kolaborasi antara LPEI dan KBRI Den Haag dalam penyusunan buku ini diharapkan dapat menjadi referensi praktis dan memperkuat dukungan bagi eksportir untuk lebih berani melangkah ke pasar global, khususnya melalui Belanda sebagai gerbang Eropa,” kata Mayerfas.
Senior Economist LPEI, Donda Sarah Hutabarat menjelaskan dari perspektif perdagangan internasional, Belanda memiliki posisi yang strategis karena merupakan eksportir terbesar ke-4 dan importir terbesar ke-9 di dunia. Dari sisi produk, beberapa produk yang saat ini terfokus ke pasar AS seperti Pakaian Jadi, Alas Kaki, Ban Pneumatik, dan Produk Kimia sebetulnya memiliki peluang untuk masuk ke pasar Eropa melalui Rotterdam (Belanda), mengingat potensi tingginya permintaan (demand) untuk produk – produk tersebut di kawasan. Selain itu, Belanda menjadi target pasar yang menarik, karena memiliki profil risiko yang relatif rendah, ditopang oleh faktor – faktor berikut: (i) permintaan di dalam negeri yang baik; (ii) inflasi yang perlahan melandai, (iii) kekuatan mata uang Euro, (iv) sovereign credit yang terjaga di level AAA oleh seluruh lembaga pemeringkat internasional dan (v) risiko kegagalan bayar perusahaan Belanda yang relatif rendah.