Dalam mendukung subsektor animasi, Kemenperin melalui Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar rutin menyelenggarakan pelatihan animasi 2D dan 3D, serta memfasilitasi promosi seperti dalam acara Bengkel Animasi Creative & Digital Arts Festival (BEAST) dan forum jejaring industri berbasis IP.
Meski berkembang pesat, industri animasi Indonesia masih menghadapi tantangan, antara lain minimnya pendanaan dari sektor formal, kurangnya platform distribusi nasional, dan keterbatasan pelatihan teknis di luar pusat industri.
Berdasarkan data Asosiasi Industri Animasi Indonesia (AINAKI), nilai produksi animasi nasional sebelum pandemi mencapai Rp600–800 miliar per tahun, dengan lebih dari 150 studio tersebar di 23 kota, terutama di Pulau Jawa.
Setia mencontohkan keberhasilan film animasi lokal “Jumbo” sebagai bukti nyata kekuatan IP lokal. Film ini mencetak rekor dengan menarik 8 juta penonton dan menjadi film animasi Indonesia terlaris di Asia Tenggara, sekaligus menunjukkan potensi animasi lokal di pasar global.