Kemudian dari sisi medis, Dr Feni Fitriani Taufik dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memperingatkan bahwa penggunaan rokok elektronik tidak bebas dari bahaya.
Menurutnya, paparan bahan kimia berbahaya dalam aerosol rokok elektronik dapat menyebabkan penyakit paru seperti bronchiolitis obliterans (popcorn lung), penurunan fungsi paru, dan risiko penyakit kardiovaskular.
Selain itu, klaim bahwa rokok elektronik dapat membantu perokok berhenti merokok juga dinilai keliru oleh dr Feni. Penelitian terbaru dirilis pada April 2025 oleh para peneliti dari Johns Hopkins University mengungkapkan bahwa hanya 0,08% pengguna yang berhasil berhenti menggunakan semua produk tembakau dengan bantuan rokok elektronik angka yang sangat kecil.
Risiko ditimbulkan dari penggunaan rokok elektronik bagi generasi masa depan sangat besar. Sebagian besar pengguna baru adalah anak muda, dan 77,8% di antaranya, sebelumnya belum pernah menggunakan produk tembakau apa pun.
“Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan rokok elektronik jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya bagi generasi masa depan Indonesia,” tegas dr Feni.