IPOL.ID – Setiap kali Ramadan tiba, umat Islam selalu diselimuti semangat ibadah terutama pada sepuluh hari terakhir. Masjid-masjid dipenuhi jamaah yang khusyuk mengaji Alquran, berlomba mengejar khatam 30 juz.
Tak ketinggalan, suasana berbuka puasa menjadi momen istimewa dengan hidangan spesial yang disiapkan pengurus masjid, menciptakan kemeriahan yang begitu terasa. Sepuluh hari terakhir Ramadan menjadi waktu di mana setiap detik dimanfaatkan untuk mendekat kepada Allah SWT.
Namun, mengapa kita tidak merasakan semangat serupa saat memasuki sepuluh hari pertama bulan Zulhijah? Melansir laman PP Muhammadiyah, Senin (26/5/2025)., berikut laporan seputar ibadah di bulan Zulhijah.
Masjid cenderung sepi, tidak seramai Ramadan. Ibadah sunnah seperti puasa, tilawah, atau qiyamul lail sering kali terlewat. Padahal Rasulullah SAW telah menegaskan keutamaan luar biasa dari hari-hari ini.
Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
«مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ» يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ؟ قَالَ: «وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ»
“Tidak ada satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu sepuluh hari pertama bulan Zulhijah).” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi SAW menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Bukhari).