IPOL.ID- Target pemerintah pusat dalam upaya menciptakan zero emisi karbon menjadi peer bagi Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin.Buktinya, dalam sepekan terakhir Pj Bahtiar begitu antusias dalam menggalakan penanaman mangrove di Sulbar.
“Berbagai hasil rilis riset di dunia menemukan bahwa bumi yang kita tinggali sudah terancam dan terbukti pemanasan global sedang melanda seluruh penghuni bumi,” ujar Pj Bahtiar, Selasa (27/8/2024).
Dia mengatakan, para ilmuwan dan PBB mencatat bahwa tingkat pemanasan bumi mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023. Sekitar 92 persen dari suhu panas yang memecahkan rekor tahun lalu, diyakininya terjadi karena ulah manusia.
“Di berbagai literasi serta temuan ahli di lapangan bahwa akibat pemanasan global tersebut akan mengancam hilangnya terumbu karang, es laut Arktik, spesies tanaman dan hewan – serta peristiwa cuaca ekstrem yang lebih buruk yang dapat memicu perubahan iklim dan menyebabkan kematian,” paparnya.
Lebih lanjut, Pj Bahtiar pun mengungkapkan jika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geoifisika (BMKG) memperkirakan tingkat pemanasan global semakin menggila diprediksi pada tahun 2050. Maka dari itu, sambungnya lagi perlu langkah antisipasi dan langkah taktis yang dapat dilakukan guna membantu perawatan bumi dan lingkungan.
“Nah di Sulawesi Barat. Provinsi yang tahun ini telah memasuki usianya yang ke- 20 tahun merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masuk kategori Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) yang sangat tinggi,” paparnya.
Data IRBI 2023 menyebut provinsi yang berisiko paling tinggi yaitu Sulawesi Barat (skor 160,08) . Sementara, data dari DIBI BNPB dan BPBD wilayah Provinsi Sulawesi Barat telah mengalami 145 kejadian bencana dalam 20 tahun terakhir.
“Jenis bencana dengan jumlah kejadian terbanyak dan dengan dampak terbesar, yakni banjir dan longsor. Hal itu berdampak terhadap keselamatan jiwa manusia, kerusakan bangunan permukiman dan kerusakan lahan. Kejadian bencana terparah juga terjadi yaitu gempa bumi yang menyebabkan sebagian besar warga Sulawesi Barat sangat trauma,” katanya.
Dengan data-data itu, solusi terbaik mengembalikan ke alam dengan merawat dan memperbaiki.
“Tapi tidak sekadar bagaimana kita mengolah alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tapi sebisa mungkin kita sebagai manusia ikut merawat dan lebih peduli lagi kepada alam di sekitar kita,” pintanya.
Khusus Sulawesi Barat, Bahtiar menyebut memiliki banyak keunggulan dan keberkahan dengan yang subur dan menakjubkan. “Seperti pesisir pantai terpanjang sedunia 672 km dan sepanjang garis pantai tersebut kita dapat menikmati sunset. IQAIR Sulbar 50+ terendah dan pada tahun 2023 ibu kota Sulbar yakni Mamuju memiliki kualitas udara terbersih se Asia Tenggara,” bebernya.
Catatan 2024, Mamuju masih tercatat sebagai kota dengan udara terbersih di Indonesia. Ukuran Ph tanah di Sulawesi Barat dari 6,8 hingga 7,8. Sementara potensi Manggorove Sulbar mencapai 8000 hektar sementara saat ini yang masih produktif sekitar 3000 hektar.
“Mangrove merupakan tumbuhan yang paling efektif menurunkan emisi karbon sekaligus bisa menahan tsunami dan menahan ombak ke pesisir serta mencegah abrasi pantai,” jelasnya.
Indonesia sendiri berkomitmen mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060. Dari sisi Mangrove maka tanaman ini berperan sebagai karbon biru bisa sangat signifikan sebagai penyerap ataupun penyimpan karbon.
Karbon biru, merupakan karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut. “Ada tiga jenis ekosistem pesisir dan laut, yaitu mangrove, rawa pasang surut, dan lamun. Mangrove sebagai karbon biru merupakan salah satu aksi mitigasi perubahan iklim,” katanya.
Dalam sebuah webinar Kompas Talks dengan tema ”Invest in Our Planet-Hutan Mangrove sebagai Penyerap Karbon”, Selasa 9 Mei 2003 lalu, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Denny Nugroho Sugianto, mengatakan, mangrove dianggap sebagai karbon biru karena memiliki potensi dalam penyerapan jumlah karbon yang lebih tinggi secara alami.
“Dari situ bisa disimpulkan Mangrove mampu menyimpan karbon yang melebihi kemampuan hutan tropis di dataran. Hal ini karena tumbuhan mangrove dapat menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi karbon organik, yang disimpan dalam akar, batang, daun, dan bagian lainnya,” terangnya.
Sebagai Pj Gubernur di Sulawesi Barat, Bahtiar berkomitmen untuk memanfaatkan kesempatan yang singkat untuk melakukan tata guna lahan mangrove yang dimiliki Sulbar demi menghindari konversi mangrove dan setidaknya akan mengurangi hingga 30 persen emisi nasional dari sektor tata guna lahan.
“Rehabilitasi mangrove penting untuk dijalankan dengan baik maka dari itulah lahir ide mengapa Pemprov Sulawesi Barat memprogram kan “Sepekan Menanam Mangrove”,” katanya.
Menanam mangrove, lanjutnya lagi sebagai bentuk kesadaran bersama masyarakat Sulbar untuk bangkit bersama menyelamatkan masa depan Sulbar.”Sekaligus menggerakkan Sulbar menjadi bagian penting upaya pemimpin seluruh dunia menyelamatkan bumi dari pemanasan global,” katanya.
Menanam manggrove selama seminggu tidak sekadar seremonial. Melainkan jelas target dan luasan yang ditanami dan akan mendidik masyarakat menanam mangrove menjadi kebiasaan dan kelak akan membudaya. “Menanam mangrove adalah salah satu kegiatan rutin menanam yang sedang kami lakukan selama memimpin Sulbar,”imbuhnya.
Untuk itulah, Bahtiar menghimbau warga Sulawesi Barat untuk menumbuhkan rasa terimakasih kepada alam Sulbar yang selama ini telah menjadi sumber kehidupan warga dengan cara mengambil hasil alam Sulbar yang sudah ber abad – abad lamanya. “Maka menanam mangrove wujud merupakan bentuk terimakasih kita secara nyata kepada alam Sulbar serta bentuk kecintaan kita pada tanah Sulbar,” jelasnya.
Selain itu kehadiran mangrove sebagai alat persatuan masyarakat karena ekosistem ekonomi mangrove tempat hidup bersama warga pesisir dan secara adil semua warga tanpa diskriminasi boleh mengambil manfaat keberadaan mangrove.
“Untuk itulah kepada seluruh komunitas di Sulbar, pemerintahan, swasta dan organisasi ayoo, mari bergabung dalam Gerakan Menanam Mangrove selama sepekan 2 hingga 9 September 2024. Wujudkan dan konkritkan kecintaan kita pada alam sekitar kita khususnya Sulbar dan nyatakan terimakasih kepada alam Sulbar dengan secara sukarela, ikhlas mandiri dan gotong menanam mangrove,” harapnya.
Gerakan menanam mangrove akan saya lakukam secara konsisten setiap waktu bersama seluruh masyarakat, penyelenggara negara, tokoh tokoh masyarakat, partai politik, DPRD, pelajar, mahasiswa, NGO, ormas, pecinta alam, TNI Polri dan forkopimda, forkopimcam, camat lurah dan kepala desa, perangkat desa dan badan/lembaga kemasyarakar desa /kelurahan, PKK, karang taruna, dasawisama, tagana.
“Menanam mangrove selama sepekan adalah bentuk inovasi saya sebagai Pj Gubernur dalam merayakan HUT dengan cara berbeda. Sebagai Pj Gubernur baik saat Pj Gubernur Kepri dan Sulsel. Saya selalu konsisten membangun ekosistem ekonomi yang hijau dan ekonomi biru yang inklusif. Dan menanam mangrove adalah salah satu bentuk konsistensi itu,” tutupnya.(sofian)