IPOL.ID -Pencemaran laut sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Bahkan imbasnya kini ke makanan yang kita konsumsi.
Laut dan daratan merupakan sumber makanan penting bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Di banyak negara, terutama negara kepulauan seperti Indonesia, laut mempunyai peran penting dalam menjamin ketahanan pangan.
“Sayangnya, lautan sering berfungsi sebagai tempat pembuangan unsur kimia berbahaya dan ditransfer ke organisme hidup, yang pada akhirnya didistribusikan ke dalam siklus makanan,” kata Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari, melansir Jumat (27/9/2024).
Menurutnya beberapa bahan kimia penting bagi manusia dalam konsentrasi rendah, namun dapat menjadi racun jika berlebihan. “Karenanya, unsur-unsur tersebut dalam sumber makanan perlu dikendalikan pada tingkat yang tidak melebihi batas,” tambahnya.
Hal senada disampaikan Kepala Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) BRIN, Satriyo Krido Wahono. Menurutnya isu kontaminasi bahan kimia dalam siklus makanan selain berkaitan dengan keamanan pangan juga berpengaruh pada kualitas pangan.
“Kolaborasi dan riset keamanan pangan halal dan kualitas pangan perlu dikembangkan, termasuk pada teknologi deteksinya,” ungkap Satriyo.
Periset PRTPP BRIN, Tuti Hartati Siregar memaparkan salah satu unsur kimia yang sering ditemukan dalam kandungan makanan adalah arsen. Arsen sebagai mineral yang dikategorikan sebagai unsur yang kelimpahannya cukup rendah di kerak bumi. Sumbernya bisa berasal dari letusan gunung api, pestisida pertanian, residu pertambangan, industri, dan limbah buangan rumah tangga.
”Mineral tersebut dapat mengkontaminasi tanah, sungai, dan lautan, bahkan kandungannya dapat meningkat di lingkungan dengan adanya perubahan iklim global. Ini sekaligus menjadi jalur bagi arsen ditransfer dari lingkungan ke siklus makanan,” jelasnya.
Ia menyebut arsen di zaman kuno telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai pewarna cat, kain, dan wallpaper karena warnanya yang cerah dan menarik. Sementara di era industri dimanfaatkan untuk farmasi dan pengobatan tradisional, serta kosmetik.
“Seiring perkembangan zaman saat ini dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan, dan semikonduktor,” kata Tuti.
Dilihat dari regulasi pengendaliannya, standar arsen di Indonesia untuk bahan pangan ikan, siput, krustasea, echinodermata, reptil, dan amfibi adalah sebesar 0,25 (mg/kg) berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor 5 tahun 2018. “Ini terhitung rendah jika dibandingkan dengan standar negara lainnya. Namun arsen tetaplah unsur yang beracun yang tidak seharusnya dimanfaatkan dalam kehidupan manusia,” tambahnya.
Menurutnya, rata-rata harian kandungan arsen pada makanan manusia harus diupayakan berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu sebesar 2,1 (µg/kg-bw/day).
“Variasi diet dapat diterapkan untuk mengurangi asupan arsenik pada makanan yang dikonsumsi tubuh,” saran Tuti.
Dalam kesempatan yang sama, Foundation Director Centre for Applied Water Science, University of Canberra, Ross Thompson menegaskan bahwa kualitas air yang baik sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem. Pangan, air, dan energi berkaitan erat dengan sistem iklim, perekonomian lokal dan global, biodiversitas, dan kehidupan sosial.
Ia mencontohkan, Murray Darling Basin Australia yang luasnya ½ dari Indonesia menjadi area penting sektor pertanian yang menghasilkan beras dan buah-buahan. Basin memiliki arus masuk yang bervariasi dan pernah mengalami ancaman kekeringan.
“Untuk menjaga keberlangsungan ekosistem di Murray Darling Basin Australia, dilakukan berbagai langkah strategis dimulai tahun 2004 dengan pemisahan hak atas tanah dan air, pengembangan perdagangan air dalam skala terbatas, pengukuran dan efisiensi air. Tahun 2008 dilakukan program terpadu yang menilai tren kondisi ekologi di seluruh wilayah sungai, mengukur kondisi dasar dan metode yang ditetapkan. Tahun 2010 diterapkan prinsip best available science, dan 2012 fokus pada implementasinya,” jelas Ross.
Sedangkan untuk menyeimbangkan produksi hasil pertanian, lingkungan, dan nilai kultural sungai besar di Australia tersebut ia mengingatkan perlunya melestarikan nilai-nilai kearifan lokal melalui konektivitas, pengetahuan turun-temurun, tradisi panen dan perdagangannya, termasuk kompleksitas tata kelolanya. (ahmad)