IPOL.ID – Hubungan antara Rusia dengan NATO bersama Amerika Serikat (AS) tengah memburuk. Di tengah kondisi yang menegangkan tersebut, dua negara adidaya yakni Rusia dan AS telah merilis jumlah senjata nuklir terbarunya.
Kementerian Luar Negeri Rusia, Senin kemaron, merilis laporan terbarunya tentang jumlah total senjata ofensif strategisnya. Penghitungan yang diperlukan setiap enam bulan oleh Moskow dan Washington sesuai dengan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START) bilateral mereka yang mulai berlaku pada tahun 2011.
Kemenlu dalam laporannya mengungkap bahwa Rusia memiliki 527 rudal balistik antar benua (ICBM), rudal balistik berbasis kapal selam (SLBM), dan pembom berat.
Di samping itu, eks Uni Sovyet itu juga memiliki 1.458 hulu ledak yang dikerahkan pada ICBM dan SLBM, serta pengebom berat yang dikerahkan. Mereka juga dilengkapi 742 peluncur ICBM dan SLBM yang dikerahkan dan yang tidak serta pengebom berat yang dikerahkan dan tidak dikerahkan.
Laporan juga menempatkan jumlah senjata yang dimiliki oleh AS. AS tercatat memiliki 665 ICBM, SLBM, dan pembom berat.
Untuk hulu ledak nuklir pada ICBM, SLBM, dan pengebom berat yang dikerahkan, AS memiliki 1.389 serta 800 peluncur ICBM, SLBM, serta pengebom berat yang dikerahkan dan tidak dikerahkan.
Newsweek, Selasa (26/10), mengutarakan, Departemen Luar Negeri AS sendiri telah merilis angka yang sama pada bulan lalu. Ini sebagai bagian dari pengaturan START Baru.
Berdasarkan perjanjian New START, kekuatan kedua negara itu dibatasi menjadi 700 ICBM yang dikerahkan, SLBM yang dikerahkan, dan pembom berat; 1.550 hulu ledak pada ICBM yang dikerahkan, pada SLBM yang dikerahkan dan hulu ledak nuklir dihitung untuk pengebom berat yang dikerahkan dan 800 peluncur ICBM yang dikerahkan dan tidak, peluncur SLBM yang dikerahkan dan yang tidak dikerahkan, serta pengebom berat yang dikerahkan dan tidak dikerahkan.
Washington dan Moskow terus sepakat mematuhi perjanjian nuklir terakhir yang tersisa di antara mereka. Selain menyelamatkan perjanjian New START, Presiden AS, Joe Biden, telah menetapkan untuk mencapai apa yang disebut pemerintahannya sebagai “hubungan yang stabil dan dapat diprediksi” dengan Rusia, terutama di bidang senjata nuklir. Pejabat Rusia sendiri mengatakan mereka berusaha untuk mencapai dinamika yang lebih positif dengan AS.