indoposonline.id – Suasana ramadhan di Lumida Cafe malam itu cukup ramai. Canda, gelak tawa terdengar dari setiap meja. Meski tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes), para pengunjung dengan nyaman sembari menyantap menu-menu di ruang terbuka.
Ternyata, Lumida Cafe yang berada di Jalan Pangeran Antasari itu dimiliki oleh dua anak muda yakni Septian Denan Subekti dan Delfi Aprilialy.
Tidak sengaja, ketika ditemui indoposonline, keduanya mengaku membangun brand bukan perkara mudah, di tengah persaingan bisnis yang ketat seperti sekarang ini. “Apalagi kondisi sedang Pandemi Covid-19,” kata Subekti malam itu.
Obrolan itu berlanjut, di saat Pandemi Covid-19, sejumlah kafe banyak gulung tikar akibat aturan pembatasan pengunjung dan turunnya tingkat kedatangan pelanggan.
Tetapi, di usia mereka yang terbilang masih cukup muda, Denan dan Delfi bisa dibilang sukses dalam membesarkan brand Lumida dalam waktu relatif singkat.
Dalam prosesnya cafe siap pada akhir 2020, dan opening pada 27 Maret 2021, hanya dalam waktu beberapa bulan kafe tersebut sudah ramai dikunjungi pelanggan.
Selama beroperasi, pemilik kafe tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. “Kami tetap menjalankan prokes sesuai aturan pemerintah Pak,” akunya.
Subekti menjelaskan, seperti membangun bisnis baru pada umumnya, pada bulan pertama beroperasi, pengunjung perhari bisa dihitung dengan jari.
“Dalam bisnis kuliner seperti ini, tantangan utamanya adalah mencari pelanggan. Kita benar-benar merintis dari nol. Pas baru buka sempat ngalamin sepi. Sehari cuma dapat sekian tamu,” ungkap Subekti saat berbincang pada Jumat (8/5/2021) malam.
Subekti sendiri saat ini masih menjadi mahasiswa jurusan perhotelan di salah satu universitas di Jakarta.
Dia menyebut, keinginannya untuk terjun ke dunia bisnis untuk mengimplementasikan ilmu yang dia dapatkan dari bangku kuliah.
“Ibaratnya, sambil kuliah mendapatkan teori di kampus, di sini saya praktik langsung,” ujarnya.
Meski sempat sepi di awal beroperasi, Subekti dan Delfi pantang putus asa.
Keduanya mencoba terus memperkenalkan kafe itu ke kalangan luas dengan menerapkan berbagai strategi promosi.
“Salah satunya dengan memanfaatkan sosial media, jaringan pertemanan hingga komunitas. Salah satunya kami menggandeng artis dari TikTok,” tambah Delfi.
Strategi promosi yang keduanya gencarkan terealisasi dengan lancar. Keduanya kaget setelah keberadaan Lumida Kafe viral.
“Sejak itu, orang-orang mulai berdatangan. Kafe mulai ramai,” ucapnya.
Tempat yang cozy hingga banyaknya spot-spot berfoto, menjadikan Lumida makin mancuat dikenal.
“Sampai sekarang pun kami harus menerapkan sistem booking karena banyaknya masyarakat yang ingin menikmati sensasi kuliner di tempat kami. Mereka rata-rata tahu dari sosial media,” ujar Delfi.
“Dari testimoni yang kami dapatkan, pengunjung merasa puas baik dari segi menu, tempat maupun pelayanan,” tambah Delfi, berwajah cantik itu.
Untuk segmen, Lumida Cafe menyasar semua kalangan, baik itu anak muda, pekerja hingga keluarga.
Delfi menyebut, tantangan yang dihadapi selanjutnya adalah merawat pelanggan, meningkatkan branding dan rencana besar untuk membuka cabang.
Subekti berharap, langkahnya memulai bisnis di usia muda bisa menjadi motivasi bagi para pemuda lain untuk tidak takut memulai bisnis.
“Semoga bisnis kita ini bisa jadi motivasi untuk anak-anak muda lainnya yang lagi mau start bisnis, apapun itu. Semuanya bisa selagi kita mau usaha keras dan jalanin dengan niat,” harap dia.
“Harapanya ke depan Lumida bisa buka cabang. Kalau sekarang kami masih fokus untuk branding,” katanya tak ingin bermimpi.
Sekedar diketahui, sajian menu seperti nasi bakar dan daging ayam siap saji di meja, lengkap dengan lalapan dan juga sambal. Ayam kampung dibaluri dengan bumbu yang padat. Warnanya begitu menarik sensasi. Penampilan yang begitu menggugah selera.
Bayangkan Anda sedang berada di sebuah taman hijau, menikmati lezatnya kuliner khas setempat berteman dengan suasana yang romantis dan nyaman.
Itu yang mungkin Anda rasakan ketika berada di Lumida, sebuah kafe yang berlokasi di Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan.
Kafe itu menghadirkan konsep berbeda. Selain menyajikan aneka kuliner dari lokal dan western, kafe ini juga mengusung konsep yang unik, perpaduan antara Industrial, minimalis dan garden.
Di kafe ini, pengunjung bisa menempati dua area, yakni di indoor dan outdoor dengan kapasitas sekitar 270 orang.
Selagi bersantai, pengunjung juga bisa mengakses internet gratis karena di Lumida juga tersedia Wifi dengan kecepatan yang cukup baik.
Untuk mendapatkan suasana santai, beberapa ornamen pendukung ditempatkan sebagai penghias interior, seperti misalnya keberadaan lampu-lampu hias dengan warna selaras dengan konsep industrial yang diterapkan di sana.
Sedangkan di area outdoor, pengunjung akan diajak merasakan suasana terbuka, hijau dan mirip seperti kafe-kafe dengan suasana seperti di Bandung atau Bogor. Areanya cukup luas.
Smoke Duck Cerry’ menjadi salah satu makanan favorit di Lumida, daging bebek yang dimasak dengan sajian khas dan bercitarasa tinggi.
Di Lumida, kalian bisa cobain menu Nasi Bakar yang tersedia dalam 3 pilihan yakni Ayam, Cumi, Tuna dengan kombinasi lauk yang bisa dipilih.
Selain itu, ada juga Ayam Woku yang merupakan menu favorit di masakan Minahasa. Rasanya bukan hanya pedas, tetapi juga sarat bumbu dan harum.
Selain banyak menu makanan lain, aneka menu minuman hingga cocktail bisa Anda coba jika berkunjung ke kafe ini.
Untuk harga, terbilang terjangkau. Menu makanan dipatok sekitar Rp50 ribu per porsi.
Seorang pengunjung bernama Yudha, merasakan nuansa berbeda ketika berada di kafe tersebut.
“Dari segi tempatnya enak buat makan ataupun sekadar nongkrong. Desain interiornya bagus, apalagi outdoor-nya yang luas dan hijau. Serasa bukan di Jakarta saja,” ujar Yudha. (msb/ibl)