IPOL.ID – Kabar baik datang dari Sulawesi. Seekor hewan endemik Anoa (Buballus sp.), telah lahir pada pertengahan Januari 2023 lalu. Kelahiran Raden, demikian bayi anoa jantan ini diberi nama, menambah jumlah populasi anoa di Sulawesi yang tercatat tidak lebih dari 2.500 ekor.
Sebagai hewan yang masuk dalam ordo dan spesies sama dengan kerbau, yakni Bubalus sp., belum banyak tahu jika anoa adalah jenis kerbau terkecil di dunia. Bahkan karena ukurannya yang terbilang kecil, anoa kerap disebut sebagai kerbau kerdil atau kerbau cebol.
Dalam spesies Bubalus, diketahui jika hanya tersisa lima spesies keluarga kerbau yang masih hidup di dunia. Di mana dua di antaranya terdapat di Indonesia tepatnya Pulau Sulawesi dan bersifat endemik. Sayang, saat ini statusnya terancam punah (endangered).
Kelahiran Raden
Bayi jantan Anoa bernama Raden, lahir di Anoa Breeding Centre Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (ABC BPSILHK) Manado. Raden lahir dengan berat 6,1 kg dan panjang badan 52 cm. Nama Raden diberikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya, diambil dari nama induknya, Rambo dan Denok.
Kelahiran bayi anoa ini merupakan kelahiran ke-4 pasca peresmian ABC oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya pada 5 Februari 2015 lalu. Bayi anoa pertama lahir pada 7 Februari 2017 dan diberi nama Maesa oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Bayi anoa kedua lahir pada 8 November 2017 dan diberi nama Anara oleh Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Jan Darmadi yang didampingi oleh Menteri LHK. Bayi ketiga lahir pada 25 Juli 2018 dan diberi nama Deandra oleh Menteri Koordinator Bidang perekonomian, Darmin Nasution. Serta kelahiran Raden, bayi anoa keempat yang diberikan nama langsung oleh Menteri LHK. Saat ini, jumlah anoa di ABC sebanyak 9 individu dengan komposisi 4 jantan dan 5 betina.
Anoa merupakan satwa endemik Sulawesi dan dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK RI Nomor: P.106/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Anoa juga digolongkan sebagai satwa terancam punah dalam IUCN Red List of Threatened Animal dan masuk ke dalam Appendix I CITES. Kelahiran bayi anoa ini merupakan wujud nyata keberhasilan upaya konservasi satwa dan menjadi harapan baru dalam peningkatan populasi anoa.
“Kelahiran anoa ini tentu saja membawa angin segar dan harapan baru bagi konservasi terutama peningkatan populasi anoa secara eksitu, mengingat populasi anoa di alam diperkirakan menurun karena perburuan. Berdasarkan data IUCN Red list diperkirakan populasi anoa di seluruh wilayah Sulawesi tidak lebih 2.500 individu. Kami mengucapkan terima kasih kepada Direktur KKHSG Ditjen KSDAE yang telah memberikan bimbingan dan arahan, BPSILHK Manado, dan pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pengelolaan ABC,” ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, Askhari Dg Masikki.
Guna mendukung upaya konservasi anoa di Sulawesi, BKSDA Sulawesi Utara bekerja sama dengan BPSILHK Manado dalam pengelolaan ABC. Selain itu, ABC juga mendapat dukungan dari beberapa pihak swasta. Lantas kebiasaan dan ciri-ciri apa saja yang melekat dari hewan langka satu ini? Yuk simak ulasan di bawah ini.
Agen Penyebar Plasma Nutfah
Anoa merupakan salah satu jenis hewan yang istimewa, karena keberadaannya dalam ekosistem di alam liar Sulawesi memegang tiga peran sekaligus. Yakni spesies kunci (key species), spesies payung, dan spesies bendera (flagship species).
Disebut satwa payung karena sifatnya yang melindungi ragam kehidupan yang ada di sekitar mereka. Pasalnya, anoa merupakan satwa ungulata terestrial terbesar di Sulawesi dan memiliki wilayah jelajah luas. Apabila populasi Anoa terjaga berarti sama dengan menjaga semua spesies satwa dan tumbuhan yang ada di habitatnya.
Anoa juga termasuk satwa kunci (key species), karena makanannya terdiri berbagai jenis tumbuhan, baik daun maupun buah. Buah bersama biji yang dimakan Anoa akan tersebar ke seluruh kawasan hutan, tumbuh subur dan terpencar di tempat baru bersama feses yang mereka keluarkan. Artinya, anoa bertindak sebagai egen persebaran dari keanekaragaman hayati / plasma nutfah, khususnya di Pulau Sulawesi.
Di saat bersamaan feses menjadi pupuk alam bagi tumbuhan, serta viabilitas biji tumbuhan hutan akan tinggi ketika terbuang bersama kotoran anoa.
Studi yang dilakukan dosen sekaligus peneliti konservasi Sumber daya Hutan dari KLHK, Abdul Haris Mustari menyebut, jika anoa mengonsumsi lebih dari 146 spesies tumbuhan, termasuk puluhan jenis buah. Banyak jenis tumbuhan yang regenerasi dan pemencaran bijinya tergantung anoa.
Anoa juga merupakan spesies bendera, karena keberadaannya sejak lama telah menjadi ikon konservasi serta dapat menarik perhatian publik di Sulawesi, nasional, dan internasional. Anoa telah lama menjadi duta dan maskot konservasi, dan maskot khusus di provinsi Sulawesi Tenggara.
Bahkan, nama anoa juga digunakan sebagai penamaan untuk berbagai produk kendaraan militer lapis baja yang dibuat oleh perusahaan produksi peralatan pertahanan yakni PINDAD. (timur)