Saat itu, pria berkulit sawo matang itu berpandangan bahwa sebagai pelaku usaha peternak sapi perah sembilan bersaudara ini harus mempunyai inovasi dan melebarkan sayap. “Saya berpikir ketika itu harus memulai, harus ada terobosan mengingat pengusaha sapi perah berguguran saat itu. Dulu harga susu masih murah dari bensin sekarang pun sama, padahal konsumsi susu segar ini menyehatkan. Jadi ini yang menjadi tantangan kami,” akunya santai berusaha mengingatnya kembali.
Adapun tingkat konsumsi susu masyarakat di Indonesia, di Jakarta khususnya masih sangat rendah. Dari data yang dihimpun BPS Statistik (Kementerian Pertanian), konsumsi susu di Indonesia hanya 16,23 liter perkapita / tahun terendah se-Asia Pasifik di tahun 2019. “Produksi susu Nasional kita saja 70 persennya masih impor,” timpal Mughni menyayangkan hal itu.
Lulusan Kampus Darunnajah Jakarta, angkatan 22 tahun 1999 yang juga anak keenam dari sembilan bersaudara, Mughni menambahkan, jadi usaha susu sapi perah ini turun temurun. Untuk itu, lanjut Mughni, kualitas susu sapi sangat dipengaruhi dari pakan ternak. “Pakan ternak juga sangat diperhatikan di sini karena mempengaruhi 80 persen kualitas susu itu tadi,” tutur Mughni sambil menunjukkan kandang sapi untuk melihat langsung proses pemerahan susu sapi di kandang tersebut.