indoposonline.id – PT Bank Mega (MEGA) sepanjang tahun lalu membukukan laba bersih Rp3 triliun. Menanjak 50,2 persen periode sebelumnya di kisaran Rp2 triliun. Lonjakan itu, jauh melampaui kinerja industri perbankan yang minus 31 persen per November 2020.
”Pertumbuhan profit ini jauh mengungguli rata-rata industri perbankan pada November turun 31 persen,” tutur Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib, pada public expose 2021, pada Rabu (17/2/2021).
Laba Bank Mega tersebut mendekati salah satu bank BUMN masuk kelompok Bank BUKU IV dengan aset 8 kali lipat lebih besar. ”Dibandingkan bank BUKU III dan BUKU IV sudah mengeluarkan laporan keuangan, profit Bank Mega sementara di urutan keempat terbesar,” imbuh Kostaman.
Itu menunjukan pandemi Covid-19 turut menggerus kinerja laba perbankan. Laba sebelum pajak (profit before tax/PBT) Bank Mega juga melampaui industri 48,1 persen menjadi Rp3,7 triliun. Itu berbalik 180 derajat dari PBT industri anjlok 28,7 persen per November 2020.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, kenaikan laba bersih ini disokong pendapatan bunga bersih (net interest income) Rp3,91 triliun, naik 9,2 persen dari sebelumnya Rp3,58 triliun. Sepanjang 2020, perseroan telah menyalurkan kredit Rp48,48 triliun, turun 8,54 persen dari periode tahun sebelumnya Rp53,01 triliun.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tercatat tumbuh 8,79 persen menjadi Rp79,18 triliun dari sebelumnya Rp72,79 triliun. Rasio kredit bermasalah/non performing loan (NPL) Bank Mega sepanjang 2020 secara gross turun menjadi 1,39 persen dari tahun lalu 2,46 persen. Sisi permodalan, CAR perseroan 31,04 persen dengan rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) di level 60,04 persen.
Itu membuat total aset MEGA naik menjadi Rp112,20 triliun, naik 11 persen dari sebelumnya Rp100,80 triliun. Nilai tersebut terdiri dari liabilitas Rp94,99 triliun dan ekuitas Rp18,20 triliun. Pertumbuhan aset Bank Mega melampaui industri hanya 7 persen. (mgo)