Monica di pangkuan ayah saat ulang tahun di rumah Cirebon. Terlihat ibu dan teman-teman masa kecil Monica.
Tetangga ayah Monica banyak orang Cirebon asli. Tidak ada yang Tionghoa. Baru di sekolah –SD sampai SMA di Saint Mary Cirebon– Monica punya teman anak-anak Tionghoa.
Ketika belajar menari pun Monica pilih tari Bali. Sampai mau dikirim ke luar negeri. Tapi sang ibu keberatan kalau putri tunggalnya itu pergi.
Sang ibu ingin putrinya itu jadi dokter.
Beberapa meter dari rumah kecilnya adalah rumah tukang becak langganan ibu Monica. Kehidupan Monica menyatu dengan budaya lokal. Bacaan ayahnya pun buku karangan RA Kosasih –cerita-cerita wayang kulit. Monica sampai hafal kisah Pandawa dan Barata Yudha.
Ketika coba saya sapa dengan bahasa Mandarin Monica ampun-ampun: “pakai bahasa Sunda saja”, katanya.
Ayah itulah yang menumbuhkan minat baca Monica. “Ayah membolehkan setiap kali ikut ke gereja saya pilih langsung ke perpustakaan. Bukunya bagus-bagus,” kata Monica.
Kebiasaan membaca sejak kecil itulah yang membuatnyi cinta ilmu pengetahuan.