Menteri Basuki mengatakan, tantangan lainnya dalam pembangunan Bendungan Ciawi selain pembebasan lahan adalah cuaca terutama hujan yang masih sering terjadi hampir sepanjang tahun. “Untuk mengatasinya kami selimuti lahan yang masih dikerjakan saat hujan. Saat tidak hujan baru dipadatkan lagi lapis demi lapis,” tuturnya.
Setelah rampung, Menteri Basuki berpesan agar kondisi sekitar bendungan kembali dihijaukan dengan ditanami pohon. Hal ini sebagai konservasi alam pada area sabuk hijau atau greenbelt.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko dalam laporannya mengatakan, pembangunan Bendungan Ciawi merupakan bagian dari rencana induk (masterplan) Pengendalian Banjir Jakarta. “Bendungan Ciawi dan Sukamahi sebagai bendungan kering akan mengatur mengalirnya debit air di hulu Sungai Ciliwung sebelum ke Bendung Katulampa dan terus ke Jakarta. Dari titik ini diharapkan dapat mengurangi debit banjir hingga 24%,” tuturnya.
Progres konstruksi Bendungan Ciawi saat ini sudah sebesar 71% dan pembebasan lahan 96%. Kontrak pekerjaan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 dengan kontraktor pelaksana PT. Brantas Abipraya dan PT. Sacna. Pembangunannya telah mulai pada 2 Desember 2016. Pengadaan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan dimana kontraktor membiayai terlebih dahulu dan nantinya akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).