“Mengembangkan sustainability terkait palm oil itu diawali di keberterimaan perdagangan sawit di dunia. Pemerintah dan stakeholders semua, pelaku usaha sawit, bahkan inisiatif awal itu datang dari industri, berkembanglah RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) pun ketinggalan pada saat itu,” ujar Oke Nurwan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan dalam Dialog Kebijakan bertajuk Memperkuat Ekosistem untuk Meningkatkan Pasar Produk Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia, di Jakarta, Rabu (16/6).
Oke Nurwan melanjutkan, sustainable palm oil ini sudah menjadi kebutuhan dalam pengembangannya itu untuk menjawab negative impression terhadap palm oil yang berkembang di dunia.
Sehingga arah ke dalam negerinya menjadi, pada saat itu, tidak menjadi menjadi prioritas. “Karena pengembangan sustainable palm oil lebih dikembangkan untuk menjawab tantangan-tantangan yang dikembangkan di perdagangan global terkait daya saing palm oil yang sangat menggangu produk-produk lain,” katanya.