indoposonline.id – Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, siang ini resmi diangkat menjadi Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Universitas Pertahanan (Unhan).
Hal itu disampaikan Sekretaris Senat Akademik Unhan dalam sidang senat terbuka pengukuhan gelar profesor kehormatan yang disiarkan melalui saluran resmi YouTube Universitas Pertahanan.
Pengangkatannya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI Nomor 33271/mpk.a/kp.05.00/2021. “Terhitung mulai 1 Juni 2021 diangkat dalam jabatan profesor dalam ilmu kepemimpinan strategi,” kata Sekretaris Senat Akademik Unhan.
Presiden Kelima RI dalam orasi ilmiah berjudul “Kepemimpinan Strategis pada Masa Kritis”, mengatakan, kepemimpinan strategik tidak diukur dari keberhasilan di masa lalu. Hal itu harus berkorelasi dengan masa kini, sekaligus melekat tanggung jawab untuk masa depan.
Dikatakannya, kepemimpinan strategik adalah demi tanggung jawab bagi masa depan anak cucu bangsa. “Keberhasilan kepemimpinan strategik harus mampu menghadirkan keberhasilan yang linear di masa lalu, masa kini, dan keberhasilan di masa yang akan datang,” ujarnya.
Perspektif kekinian kepemimpinan strategik dihadapkan pada tiga perubahan besar yang mendisrupsi kehidupan manusia. Pertama, sebut dia, adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia. Kedua, revolusi di bidang genetika dan terakhir kemajuan di bidang teknologi realitas virtual.
Megawati juga bicara soal ancaman nyata global warming. Menurut dia, kepemimpinan strategik akan membantu mengatasi fenomena perubahan iklim ekstrem dapat diatasi.
“Perubahan iklim secara ekstrim juga menciptakan bencana lingkungan yang sangat dahsyat. Di sinilah kepemimpinan strategik harus memahami aspek geopolitik,” katanya mengingatkan.
Terkait kepemimpinan strategik, Megawati mengutip keterangan sejumlah pakar, mulai dari Stephen Gerrard sampai pemikiran Olson dan Simmerson mengenai psikologi kognitif, system thinking, dan game theory.
Dia pun meyakini, apa yang disampaikan para pakar itu penting karena menjelaskan bagaimana kepemimpinan strategik bekerja. “Kepemimpinan bukan hanya disebut sebagai suatu ilmu, tapi juga sebuah seni karena sifatnya yang selalu ada dalam dialektika bersama dengan aktor-aktor lain,” tuturnya.