indoposonline.id – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, belum lama ini menyebut DKI Jakarta terancam tenggelam 10 tahun lagi. Hal ini dia sampaikan saat berbicara mengenai perubahan iklim dalam pidatonya di Kantor Direktur Intelijen Nasional AS, akhir Juli lalu.
Biden menyebutkan, perubahan iklim menyebabkan naiknya permukaan laut. Ribuan orang bisa kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian dan kehidupan.
“Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air,” kata Biden dalam pidatonya sebagaimana dipublikasikan whitehouse.gov.
Mengomentari prediksi Joe Biden, Direktur WALHI DKI Jakarta, Tubagus Soleh Ahmadi, mengatakan, kemungkinan buruk bisa saja terjadi. Sebab di situasi darurat iklim saat ini, banyak terjadi anomali cuaca yang tidak bisa diprediksi.
“Dan inilah salah satu bukti bahwa kita akan sulit memprediksi dampak dari perubahan iklim, bisa terjadi sangat cepat,” kata Tubagus kepada indoposonline.id, Kamis (5/8).
Menurut Tubagus, upaya pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta belum belum maksimal. Pemprov memang sudah memiliki rencana aksi penurunan emisi, tapi ini belum berjalan secara cepat.
Di tengah situasi ini, sambungnya, perlu kebijakan dan aksi penurunan emisi secara cepat, termasuk juga upaya pemulihan. Karena upaya pemulihan adalah bagian dari pengurangan resiko bencana yang akan terjadi.
Terlebih pemerintah pusat, tegas Tubagus, masih menganggap enteng isu perubahan iklim. Indonesia pun menjadi adalah salah satu negara yang belum mendeklarasikan negaranya darurat iklim.
Upaya penurunan emisi selain tidak serius juga tidak ambisius. Ini dibuktikan dengan rencana pemerintah yang terus membangun PLTU baru. “Sedangkan kita tahu salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia adalah sektor energi yakni PLTU (pembangkit listrik tenaga uap),” katanya. (ibl)