Tak banyak pemain putri yang mampu bermain konsisten di level tertinggi. “Memang, di sektor putri tak sekonsisten pria. Jumlah pemain yang ada sangat minim. Dan perlu pembenahan yang intens untuk masuk jajaran elite dunia,” kata atlet yang kini tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara itu .
Lalu apa yang menjadi kendala sektor putri lambat menelorkan bibit pemain hebat?
Susy melihat, dari sekian banyak faktor, budaya menjadi salah satu penyebab. Masih banyak keluarga yang kurang memberikan support bagi anaknya yang ingin menjadi atlet.
“Masih ada Sebagian keluarga yang tidak ingin anaknya kulitnya berubah jadi gelap setelah menjadi atlet. Mereka juga tidak ingin, anak perempuannya memiliki tubuh yang kekar. Hal ini yang masih terjadi di sebagian masyarakat kita,” katanya.
Susy berharap, ke depan muncul pemain yang menjadi role model bagi pemain putri untuk mendulang prestasi. Role model ini pula yang nantinya akan melahirkan bibit-bibit baru di dunia perbulutangkisan Indonesia.
Meski tak banyak pemain hebat di sektor putri, Susy melihat Indonesia masih memiliki peluang di Piala Uber yang akan digelar Oktober mendatang. Indonesia, nantinya berada di Grup A Bersama Jepang, Jerman dan Prancis.