Ruth menyarankan beberapa hal terkait ekspor ke Prancis. Pertama, memfokuskan klasterisasi terhadap jenis produk. Misal, buah difokuskan pada buah eksotik, seperti buah naga, pepaya, dan manggis. Kedua, mengupayakan produk lebih spesial atau niche.
Ketiga, menyadari bahwa persaingan cukup ketat. Keempat, memperhatikan aspek organik dan indikasi geografis. Kelima, menyiapkan kesan pertama yang baik. Keenam, mempersiapkan berbagai sertifikasi yang diminta.
Kepala Indonesian ITPC Hamburg Eka Sumarwanto menjelaskan, lima besar ekspor nonmigas Indonesia ke Jerman pada 2020 meliputi alas kaki, pakaian, mesin elektrik, minyak hewani dan nabati, serta perabotan mekanik. “Produk ekspor Indonesia yang berpotensi besar di Jerman antara lain kopi, kayu lapis, produk udang, dan produk ikan. Nilainya diperkirakan melebihi USD 290 juta,” imbuh Eka.
Menurut Eka, di Eropa, keberhasilan sebuah produk sangat ditentukan oleh kemasannya, di mana harus aman dan menarik. Masyarakat Jerman juga menyukai furnitur kayu yang ringan dan tahan lama. Produk bumbu diimpor dalam jumlah besar, kemudian dikemas ulang di Jerman.