Pengusaha sarang burung Indonesia ada yang nakal. Atau rakus. Mereka pernah menggunakan pencuci kimia. Untuk membuat warna sarang burung menjadi bening mengkilap. Sial. Ketahuan. Dilarang total. Yang tidak nakal pun kena getahnya.
Eksporter porang kita sama: porang kualitas rendah dikirim. Bahkan sudah berjamur. Ketahuan. Dicekal total.
Harga porang kali ini merosot bukan hanya akibat itu. Masih ditambah dengan akumulasi tiga faktor sekaligus.
Pertama lagi terjadi krisis kapal dan kontainer. Eksporter komoditi lainnya juga pun terkena.
Kedua, Thailand tidak bisa lagi ekspor porang ke Tiongkok. Permintaan dari Tiongkok lagi rendah.
Ketiga, pasokan porang dari petani kita melimpah.
Dalam lima tahun terakhir luasan kebun porang meningkat lebih 100 kali. Bahkan mulai ada budidaya porang di tanah pertanian teknis.
Itu berlebihan.
Tanah pertanian yang sistem pengairannya sangat bagus-yang seharusnya untuk komoditi seperti padi, kedelai, atau jagung jadi kebun porang.
Porang seharusnya ditanam di tanah yang kurang produktif. Atau sebagai tanaman sela di tengah kebun tanaman keras. Atau di tengah hutan.